Tuesday, October 29, 2019

Koperasi dan Generasi Milenial

4:33 PM 0
Sumber foto : Pixabay.com

Apa yang teman-teman pikirkan ketika mendengar kata "Koperasi" ? pasti beragam dimulai dari sebuah tempat berjualan berbagai kebutuhan sampai lembaga tempat simpan pinjam uang konvensional. Padahal menurut Wakil Presiden pertama Indonesia, Bung Hatta "Ekonomi kerakyatan Indonesia harus bersendi pada Koperasi, yakni rakyat belajar berdiri sendiri.

Belajar dari sejarah koperasi pada awalnya dimulai pada abad ke-20 . Pada umumnya sejarah koperasi dimulai dari hasil usaha kecil yang spontan dan dilakukan oleh rakyat kecil. Kemampuan ekonomi yang rendah mendorong para usaha kecil untuk terlepas dari penderitaan .Secara spontan mereka ingin mengubah hidupnya.

Di Indonesia  ide - ide perkoperasian diperkenalkan oleh, R. Aria Wiraatmadja yang pada tahun 1896 yang mendirikan sebuah Bank untuk para Pegawai Negeri. Karena semangat yang tinggi perkoperasian pun selanjutnya diteruskan oleh De Wolffvan Westerrode.

Pada tahun 1908, Dr.Sutomo mendirikan Budi Utomo . Dr Sutomo sangat memiliki peranan bagi gerakan koperasi untuk memperbaiki dan mensejahtrakan kehidupan rakyat. Pada tahun 1915 dibuat peraturan-peraturan Verordening op de Cooperatieve Vereeniging dan pada tahun 1927 Regeling Inlandschhe Cooperatiev.

Belajar dari sejarah tersebut awal mula lahirnya koperasi atas dasar ingin terlepas dari penderitaan, pendahulu kita yakin dengan bekerja sama rakyat bisa mensejahtrakan dirinya, namun di era kekinian koperasi menghadapi beragam tantangan khususnya untuk menggaet generasi milenial.

Generasi milenial yang lahir dan tumbuh dengan berbagai gawai serta derasnya alur informasi di media sosial, cenderung kurang tertarik dengan koperasi karena dianggap kurang efisien dan konvesional. Generasi milenial terbiasa dengan berbagai kemudahan, ketika bertransasksi diupaya hanya tinggal menggerakan jarinya.

Digitalisasi koperasi menjadi rebranding yang harus dilakukan, tentu dengan pengetahuan serta daya kreatif dari generasi milenial agar cita-cita luhur dari Bung Hatta bahwa koperasi adalah media bagi rakyat untuk belajar berdiri di kakinya sendiri, adapun hal-hal yang perlu menjadi konsen koperasi agar bisa menggaet generasi muda yaitu :

1. Memanfaatkan Teknologi

Generasi milenial erat sekali dengan gawai yang dimilikinya. Hampir seharian mereka bersama gawainya, guna mendekatkan generasi milenial dan koperasi, perlu adanya aplikasi yang mudah digunakan oleh generasi milenial, selain itu aplikasi yang memiliki customer service yang menanggapi keluhan 24 jam/hari. Dengan itu rasa nyaman generasi milenial akan tercipta.

2. Mengadakan Acara yang Menarik

Generasi milenial sangat hobi mengabadikan setiap momen dalam hidupnya, begitu ada tempat yang unik untuk difoto mereka akan berbondong-bondong ke sana. Korelasinya koperasi perlu mengadakan acara/event yang mampi menarik hati generasi milenial. Selain disisipi dengan edukasi tentang koperasi, adanya penampilan-penampilan idola mereka akan menarik untuk kedatangan mereka.

3. Pelatigan untuk Pengelola Koperasi

Peran sumber daya manusia yang terampil adalah pondasi bagi koperasi untuk menggaet hati milenial. Pelayanan ramah dan tanggap menjadi plus tersendiri bagi generasi milenial agar mereka mau bergabung dengan koperasi. Jangan sampai paradigma pengeloaan koperasi menjadi lelet dan kurang ramah dengan mereka tercipta.

Perlu adanya pelatihan mengenai pengelolaan koperasi yang kekinian untuk generasi milenial agar mereka berminat sekaligus nyaman ketika bergabung dengan koperasi. Hal-hal di atas ialah titik tolak untuk menyongsong koperasi di era milenial yang tidak kalah dengan fintech-fintech lainnya dalam menyasar pasar generasi milenial.

Semoga kita bisa mengwujudkan cita-cita luhur Bung Hatta dengan menjadikan koperasi sebagai media untuk berdiri di atas kaki sendiri

Monday, October 28, 2019

Kisah Cinta yang Berbeda dari Film 99 Nama Cinta

8:52 AM 0
                           Official Poster

Bagaimana jadinya kalau Talia (Acha Septriasa) yang seorang produser acara gosip yang selalu berambisi dalam karirnya bertemu dengan seorang ustad Gaul bernama Kiblat (Deva Mahenra) yang mampu mengubah pandangan tentang islam, pasti bakalan seru. Orang yang bertolak belakang dalam berbagai hal bertemu di suatu titik.

Bisa dinonton dulu trailernya



Film 99 Nama Cinta adalah sebuah film yang mengangat tema religi yang dikomandoi sekaligus digarap oleh Garin Nugroho dan Danial Rifki. MNC Pictures dipercaya untuk memproduksi film ini bertupu pada nilai religi yang beda dari yang lain bahkan, menurut Mohammad Soufan selaku Executive Producer, 99 Nama Cinta menyajikan cerita yang berbeda dari film-film sebelumnya.

Pemakaian judul ’99 Nama Cinta’ sendiri terinspirasi sekaligus dilatarbelakangi Asmaul Husna yang sarat makna, di sisi lain film ini menceritakan tentang kisah cinta antara dua orang yang memiliki latar belakang yang sangat berbeda, satunya produser acara gosip, satunya ustad muda hits yang erat dengan nilai-nilai pesantren.

Sekalipun seorang ustad, Kiblat memiliki pergaulan yang luas serta pandangan yang terbuka terhadap berbagai hal, berdasarkan hal itu julukan "Ustad Gaul" melekat pada sosok Kiblat. Kemampuan agamanya yang mempuni sekaligus pergaulan dan pandangannya yang luas membuat sosoknya digemari oleh perempuan di lingkungan pesantren.

Selain Acha Septriasa dan Deva Mahenra, film ini didiperankan oleh deretan artis-artis Indonesia lainnya seperti Robby Purba, Adinda Thomas, Dzawin Nur, Susan Sameh, serta artis senior Ira Wibowo. Kehadiran artis-artis yang sudah tidak diragukan kapasitasnya dalam perfilmaan Indonesia, membuat film 99 nama cinta menjadi semakin kaya, ditambah sosok dzawin yang mampu menghadirkan kesan fresh dengan gelak tawa dari kehadirannya.

Kira-kira apa yang terjadi di saat dua orang yang sangat bertolak belakang secara background kehidupan bertemu ? Apakah mereka akan saling cinta atau malah bertukar luka ? Yuk lingkari kalender kalian di tanggal 14 November 2019 karena 99 nama Cinta mulai tayang di tanggal tersebut

Sunday, October 27, 2019

Berkah Kuliah : Dari Dapat Istri Hingga Traveling ke Luar Negeri

11:33 AM 0

Segala pencapaian dunia termasuk gelar Magister Pendidikan (M.Pd) yang saya raih secara resmi dalam prosesi wisuda kemarin adalah kebaikan Allah yang menitipkan kesempatan untuk belajar.

Setelah lulus SMA mencoba mendaftar ke berbagai PTN, setelah diterima di salah satu PTN, saya memilih mundur karena UKT (Uang Kuliah Tunggal) terlampau tinggi, tak mengajukan penurunan biaya karena saya tahu untuk sekadar membiayai kosan pun orangtua saya akan kesulitan nantinya. Saat itu saya berpikir sekadar lulus SMA pun bagi saya sudah cukup. Tak mau merepotkan orang tua lebih jauh.

Perjalanan setelah lulus SMA lebih getir. Sempat bekerja sebagai tukang gulung kabel, pergi pukul 3 sore dan pulang pukul 1 malam. Saya bekerja seperti itu selama berbulan-bulan, hingga berada pada suatu titik "Rasanya harus kuliah,"

Dengan uang tabungan hasil bekerja, saya memutuskan kuliah kelas karyawan di STKIP Siliwangi, dengan pertimbangan bisa sambil bekerja serta ada jurusan yang Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, sekalian bisa sambil belajar ngajar dan menulis. Dari SMA sudah senang menulis di blog.

Dengan berbagai tantangan dan hambatan terutama keuangan hehe, saya akhirnya lulus dari dari STKIP Siliwangi. Sampai titik ini masih tidak berasa mimpi bisa memeroleh gelar sarjana, toh saya bukan orang pintar yang minum tolak angin, eh maksudnya bukan orang pintar yang bisa mendapatkan beasiswa. Sepenuh dari keringat dari doa orangtua.

Setelah yudisium S1 dengan nekat saya daftar S2 ke kampus yang sama, sekarang sudah berubah nama menjadi IKIP Siliwangi. Sekalipun uang tabungan hanya cukup untuk daftar saja hehe. Untuk membayar kuliah saya sampai mengajar di tiga sekolah plus sampingan lainnya, badan berasa remuk belum lagi berkutat dengan tugas kuliah yang luarbiasa.

Di tengah perjalanan sempat berpikir untuk menyerah dan menikah saja dengan gadis manis berkebaya hijau di foto ini (Ciani Limaran) hehe, namun ingat pesan Iman Syafi'i

"Jika engkau tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka engkau harus sanggup menahan lelahnya kebodohan,"

Pesan tersebut menampar saya hingga ke tulang dan memutuskan pantang balik kanan sebelum sampai ketujuan. Berbekal semangat akhirnya saya mampu menuntaskan pendidikan S2 dengan berbagai bonus menarik.

1. Dapat istri cantik dan InsyaAllah Shalehah

Saya kenal istri berkat perantara menulis, bahkan sempat menulis novel bersama. Novelnya ada di perpustakaan IKIP Siliwangi juga judulnya "Menuntaskan Rindu," jika tidak masuk jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia lalu belajar menulis. Mana mungkin saya mendapatkan gadis manis asal Solo ini. Dia luluh karena tulisan saya katanya, jadi secara tidak langsung dapat istri karena kuliah hehe.

2. Mampu menulis

Salah satu keterampilan menulis saya dapat berkat kuliah. Sekarang menulis menjadi salah satu sumber penghasilan terbesar saya hehe.

3. Keterampilan berbicara di depan banyak orang.

Alhamdulillah semenjak kuliah jadi makin PD untuk "ngoceh" di depan banyak orang bahkan ada beberapa sekolah yang meminta saya "ngoceh" tentang menulis. Lumayan untuk beli make up istri hehe.

4. Keterampilan mengajar

Namanya juga lulusan keguruan harus bisa ngajar dong, alhamdulilah dengan keterampilan mengajar sejatinya saya malah belajar. By the way kalau ada info lowongan dosen bisa japri hehe, karena sekarang masih ngajar di SMK dan cuma seminggu sekali ngajar MKDU di salah satu kampus. Masih banyak waktu untuk mengajar daripada rebahan mulu nih badan hehe.

5. Traveling

Berkat perantara kuliah saya bisa menulis dan berkat perantara menulis saya bisa jalan-jalan. Setidaknya pernah keliling Pulau Jawa dan negara tetangga, berkat kuliah dan menulis.

Terucap rasa syukur dan terima kasih untuk orangtua, istri, guru/dosen yang telah dan terus menghiasi perjalanan hidup saya. Saya memang masih jauh sekali dari kata sukses, tapi setidaknya berkat doa dan semangat dari orang tercinta bisa mencicipi gelar S2. Doakan saya agar mampu mengamalkan ilmu bahkan lanjut ke jenjang yang lebih tinggi, aamiin.

Friday, October 25, 2019

Pembayaran Ala Milenial : Dari Barter Hingga Scan QR Code

9:17 PM 0
Sumber Gambar : Pixabay.com

Sebatas berburu dan mengumpulkan makanan, belum tahu alat pembayaran

Tahu nggak sih sekitar 700—120 abad silam, manusia masih belum mengenal alat pembayaran bahkan pertukaran sekalipun. Sebagian besar manusia zaman itu hanya tahu cara bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan, tak ubahnya seperti hewan pada umumnya. Hal yang membedakan manusia dengan hewan ialah otak manusia punya fungsi kognitif yang lebih sempurna daripada hewan. Makanya, manusia terus berinovasi untuk
kemudahan hidupnya.

Barter, solusi sementara

Hingga suatu titik manusia tersadar bahwa hidup tak bisa hanya lewat berburu dan mengumpulkan makanan, banyak kebutuhan lainnya yang perlu dicukupi, namun manusia memiliki batasan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka manusia berpikir dan menemukan inovasi berupa barter. Menukar barang yang dibutuhkan dengan barang yang berlebih menjadi solusi "sementara" saat itu.

Barter bertahan cukup lama hingga timbulah pemikiran bahwa lama-kelamaan, manusia menyadari bahwa ada banyak barang yang tidak sepadan untuk ditukarkan ditamba nilainya tidak selalu pasti. Contohnya kita bisa menukarkan 1 karung gandum dengan seekor sapi. Di sisi lain definisi sepadan bagi setiap orang memiliki perbedaan, tergantung situasi dan kondisi.
Sumber Gambar : Pixabay.com

Emas, alat pembayaran yang bernilai instrinsik tinggi

Pada tahun 640 tahun sebelum Masehi, ada sebuah peradaban bernama Lydia, dipimpin sama Raja Alyttes. Di era kepimpinan Raja Alyttes sudah mulai mengenal dan memahami bahwa alat tukar bukan sekadat alat yang bisa dimakan saja. Lahirnya alat tukar yang memiliki nilai intrinsik tinggi dikarenakan sulit mendapatkan. Di era itu lahirlah koin emas dan perak.

Emas dan perak mendapatkan legalitas dari kerajaan, serta emas dan perak memiliki daya tahan yang jauh lebih baik dari sekadar makanan yang cepat membusuk, hingga alat tukar emas dan perak diterapkan dalam peradaban seperti Romawi, Persia, dan Tiongkok. Hingga pada suatu titik emas dinilai tidak efesien sebagai alat pembayaran karena cukup berat untuk dibawa ke mana-mana.


Uang kertas, ringan namun rentan

Di Era Dinasti Tang di Tiongkok, saat itu mereka sudah menggunakan kertas khusus sebagai bentuk jaminan penyimpanan koin-koin emas karena kebiasaan, lama-lama kertas menjadi alat pembayaran yang sah. Berdasarkan kemudahan tersebut, pembayaran uang kertas diadopsi banyak negara, seperti halnya negara-negara Eropa dan negara-negara Asia lainnya. Awalnya, kertas hanya digunakan sebagai penjamin simpanan koin-koin dan emas agar tidak berat.

Hingga mencapai suatu titik ketika tiap negara punya uang kertasnya masing-masing, seperti yang sekarang kita kenal. Pada dasarnya secara nilai intrinsik uang memiliki nilai yang rendah, secara nominal uang berharga karena adanya kesepakatan dari pemerintah dan masyarakat.

Sumber Gambar : Pixabay.com

Uang digital, bertransaksi dengan QR code

Manusia yang senantiasa berinovasi untuk menemukan hal-hal yang baru sehingga mampu memudahkan hidupnya, uang kertas bertahan hingga kini. Namun Uang kertas memiliki berbagai kelemahan seperti mudah rusak kalau kena air dan api, serta banyak juga oknum yang memalsukan uang kertas demi keuntungan pribadinya.manusia masih mencari alat pembayaran yang paling efisien, hingga lahirnya uang digital.

Sumber Gambar : Pixabay.com

Penggunaan uang digital memudahkan kita untuk bertransaksi dalam segala kondisi, tinggal hanya membawa HP segala kebutuhan cukup dengan scan QR Code saja. Ditambah dengan semakin banyak penjual barang bahkan penyedia jasa yang menggunakan QR Code sebagai alat pembayaran, tidak hanya di toko-toko besar pedagang pinggir jalan, hingga warung rumahan sudah banyak yang menggunakan pembayaran berbasis QR Code.

Generasi milenial semakin dimanjakan dengan banyak promo dari penyedia jasa uang digital, bahkan saya sering mendapatkan makanan gratis bermodalkan scan QR Code saja. Pembayaran digital berbasis QR Code sedang digandrungi generasi milenial termasuk saya, selain banyaknya promo. Mereka tidak perlu repot-repot membawa uang, tinggal membawa HP saja. Tidak perlu juga menunggu kembalian. Melalui QR Code, pembayaran langsung dipotong dari saldo uang digital kita.

Sumber : Pixabay.com

Penggunaan uang digital bukan tanpa cela

Penggunaan uang digital bukan tanpa cela, semakin banyak uang digital yang beredar semakin banyak juga QR Code yang berbeda-beda. Misalnya satu toko harus mempunyai banyak QR Code sesuai dengan banyaknya uang digital.

QR Standar Indonesia : satu QR untuk semua pembayaran

Hal tersebut sudah diantisipasi oleh pemerintah, khususnya Bank Indonesia. Tepat di hari kemerdekaan Indonesia, BI meluncurkan meluncurkan standar Quick Response (QR) Code untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking yang disebut QR Code Indonesian Standard (QRIS).

Implementasi QRIS secara nasional efektif berlaku mulai 1 Januari 2020, guna memberikan masa transisi persiapan bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Peluncuran QRIS merupakan salah satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang telah dicanangkan pada Mei 2019 lalu.

“QRIS yang mengusung semangat UNGGUL (UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung), bertujuan untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, untuk Indonesia Maju,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. (Dikutip dari Nasional.Kontan.co.id).

Hal tersebut menjadi solusi di tengah jumlah uang digital yang semakin beragam, dimulai awal tahun 2020, Indonesia sudah punya standar tersendiri untuk QR Code, dalam artian sekalipun jumlah mata uang digital semakin banyak, pedagang atau penyedia jasa hanya cukup menyediakan satu QR Code untuk discan. Asyik bukan ?

QR Code menjadi metode pembayaran yang sangat memudahkan apalagi di era revolusi 4.0 yang menuntut kemudahan di segala bidang, pembayaran dengan QR Code barang tentu menjadi metode pembayaran yang paling disukai generasi milenial. Bye bye untuk uang kembalian berupa permen hehe

#feskabi2019
#gairahkanekonomi
#pakaiQRstandar
#majukanekonomiyuk

Sunday, October 20, 2019

Wake Up Wakaf : Berwakaf Seharga Bubur Ayam

6:58 AM 0
Apa yang terlintas dipikiran teman-teman ketika mendengar kata wakaf ? Pasti kebanyakan yang terlintas di kepala, wakaf hanya bagi orang kaya karena perlu uang ratusan bahkan miliaran untuk melakukan wakaf. Jangankan uang ratusan juta tanggal 15 aja bingung makan apa ? Itu sih suara hati saya hehe.


Setelah mendengar pemaparan tim dompet dhuafa persepsi saya tentang wakaf berubah 180 derajat. Kenapa bisa begitu ? Saya akan ceritakan mendetail dari awal diundang tim dompet dhuafa untuk mengunjungi kebun argoindustri di daerah Subang.

Saya dan istri diundang untuk seeing and visiting secara langsung bagaimana program wakaf produktif yang dijalankan oleh dompet dhuafa, duh berasa honeymoon lagi, soalnya di sana nuansanya enak banget untuk dijadikan wisata alam berbasis pertanian dan perkebunan.

Lokasi perkebunan argoindustri yang dikelola dompet dhuafa ini berada di kabupaten Subang, sekitar 2-3 jam dari pusat kota Bandung. Jalan menuju ke sana menurun dan menanjak namun dibalik perjalanan itu kita bisa menikmati maha karya Tuhan yang begitu indah.

Saya bersama istri sampai 30 menit lebih awal daripada rombongan blogger lainnya, soalnya saya mengendarai motor, sedangkan teman-teman lainnya berangkat dengan mobil elf. Sebenarnya tim dompet dhuafa berbaik hati menyediakan 2 elf untuk transportasi ke Subang, namun karena titik temunya jauh dari rumah, saya lebih memilih langsung ke lokasi.

Sesampainya di sana, saya langsung berkenalan dengan beberapa orang dari dompet dhuafa yang sedang mempersiapkan acara. Kemudian seperti biasa mengambil foto di lahan perkebunan buah naga, btw saya baru tahu pohon buah naga bentuknya seperti itu.





30 menit berselang teman-teman blogger lainnya tiba. Mereka dan tentu juga saya langsung disambut oleh jus nanas yang merupakan hasil sekaligus olahan kebun agroindustri ini. Disuguhkan pula berbagai hasil panen dari perkebunan.


Selanjutnya penjelasan program "Wake Up Wakaf" yang dipaparkan oleh pembicara
Pak Bobby P. Manulang sebagai GM Wakaf Dompet Dhuafa dan Pak Kamaludin
Manajer Program Ekonomi. Hal yang menarik Dompet Dhuafa tidak hanya terfokus pada wakaf mainstream seperti masjid, madrasah, dan makam, tetapi punya juga program wakaf produktif yang bergerak pada bidang pertanian peternakan, dan rumah industri nanas.



Loh kok bisa wakaf berupa pertanian dan peternakan ? Bisa dong bahkan sahabat nabi yang terkenal dengan kelembutan dan kedermawanannya yaitu Utsman Bin Affan RA pernah berwakaf produktif. Saat itu kaum muslimin berhijrah ke Madinah, saat itu jumlah umat islam semakin banyak, namun di sisi lain persediaan air bersih semakin berkurang hanya mengandalkan sumur.

Di sisi lain sumur terbesar dimiliki oleh seorang Yahudi, oleh umat Islam sumur itu hendak dibeli, namun pemiliknya memasang harga yang begitu tinggi, tak tinggal diam Utsman di Affan punya strategi untuk menawarkan pemiliknya sistem sewa. Mekanisme, pemilik dan penyewa akan menggunakan sumur tersebut bergantian setiap harinya. Skema ini berhasil dijalakan. Umat Islam secara tertib teratur menggunakan sumur tersebut. Karena merasa rugi, pemiliknya menjual sumur tersebut 20.000 dirham.

Wakaf sumur Ustman terus berkembang. Oleh pemerintah Ustmaniyah, wakaf Ustman dijaga dan dikembangkan. Perawatan wakaf Ustman ini dilanjutkan Kerajaan Saudi. Alhasil, dikebun tersebut tumbuh skeitar 1550 pohon kurma. Kerajaan Arab melalui kementerian Pertanian mengelola hasil kebun wakaf Utsman. Uang yang didapat dari panen kurma dibagi dua; setengahnta dibagikan kepada anak-anak yatim dan fakir miskin lalu separuhnya lagi disimpan di sebuah bank dengan rekening atas nama Utsman bin Affan.

Rekening atas nama Utsman bin Affan dipegang oleh Kementerian Wakaf. Dengan begitu ‘kekayaan’ Utsman bin Affan yang tersimpan di bank terus bertambah  sampai pad aakhirnya digunakan untuk membeli sebidang tanah di kawasan Markaziyah (area eksklusif) dekat Masjid Nabawi. Diatas tanah itulah hotel Utsman bin Affam dibangun dari uang rekeningnya, tepat disamping Majsid yang juga atas nama Utsman bin Affan. ( Disarikan dari berbagai sumber)

Tak terbayang pahala jariah yang didapatkan oleh Utsman Bin Affan, karena sesuai dengan hadist Nabi Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِذَا مَاتَ الْإِنْسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلَّا مِنْ ثَلَاثَةٍ مِنْ صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ وَعِلْمٍ يُنْتَفَعُ بِهِ وَوَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ

“Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau do’a anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631)

Berdasarkan cerita dan hadist tersebut semakin membuat tertarik untuk berwakaf.

"Eh eh tapikan untuk berwakaf perlu uang yang banyak, saya bukan Utsman Bin Affan yang memiliki kekayaan melimpah," tenang-tenang seperti pada paragraf awal, Dompet Dhuafa membuka mata saya bahwa berwakaf tak hanya untuk orang kaya. Bersama Dompet Dhuafa kita bisa berwakaf hanya dengan nominal mulai dari 10 ribu, duh menarik bukan berwakaf seharga sekali makan bubur ayam

Lalu bagaimana caranya berwakaf dengan nominal sekecil itu ? Tenang caranya semudah berbelanja online tinggal klik https://donasi.tabungwakaf.com/ lalu pilih mau berwakaf untuk rumah sakit, sekolah atau perkebunan produkti yang saya jelaskan dalam tulisan ini.

Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com

Setelahnya tinggal masukan nominal wakaf minimal 10 ribu rupiah lalu isi data diri dan transfer, setelah itu selesai deh. Banyak yang terbantu loh dengan program tabung wakaf dari Domper Dhuafa ini, ada seorang Ibu yang kembali melihat, ada seorang pemuda yang menjadi sarjana, ada puluhan petani yang merasa terbantu karena di kebun agrobisnis Subang, dompet dhuafa berkolaborasi dengan petani dan warga sekitar, dengan menyediakan lahan, pengelolaan hingga tempat pengolahan berupa rumah industri nanas yang nantinya akan menyerap pekerja sekitar.

Sumber foto : donasi.tabungwakaf.com


Rumah industri nanas yang akan menyerap tenaga kerja warga sekitar

Yuk tak perlu pikir panjang, tinggal berwakaf demi membantu mereka di dunia, sekaligus kelak akan membantu kita di akhirat.

Tuesday, October 15, 2019

Popmama.com Teman Terbaik Para Millenial Mama

4:38 PM 0
Apakah kamu mama muda generasi millenial? Atau kamu calon mama generasi millenial? Dan sekarang ini kamu ingin tahu banyak tentang dunia parenting, maka sebaiknya kamu sering sering kunjungi salah satu website parenting yang bernama Popmama.com. Popmama.com ini merupakan anak dari IDN Media. Dihadirkannya Popmama.com ini karena IDN Media ternyata sangat memperhatikan akan kebutuhan para mama muda dengan dibuatkannya website khusus untuk para millenial mama tersebut. Tidak bisa dipungkiri jika para millenial mama tersebut banyak membutuhkan informasi tentang kehamilan dan parenting.

                                                           Sumber : Pixabay.com
Lalu sebenarnya Popmama.com itu apa ya? Berikut beberapa fakta Popmama.com yang harus diketahui para millenial mama diantaranya yaitu :
  • Popmama.com adalah media online yang menyajikan berbagai informasi tentang dunia parenting, saran saran dari pakar yang kompeten, dan juga adanya berita berita tentang mama mama dari seluruh dunia. Popmama.com juga menyajikan tips dan trik supaya para millenial mama bisa menjadi mama yang baik dan tidak ketinggalan zaman. Selain itu juga Popmama.com menyajikan visual yang semenarik mungkin dengan penyajian yang berbeda dari media konvensional lainnya sehingga konten yang ada di Popmama.com bisa dengan mudah dipahami. 
  • Website Popmama.com memiliki interface atau tampilan yang sederhana dengan background berwarna putih dan dikombinasikan dengan tulisan berwarna ungu dan hitam. Ketika para millenial mama tersebut membuka website Popmama.com maka dijamin mereka akan betah untuk berlama lama membaca setiap kata yang tertulis disana. Pasalnya warnanya tidak terlalu mencolok dan sangat nyaman untuk mata. Mama juga tidak perlu bingung dengan tampilan Popmama.com karena dihalaman awalnya mama akan dapat langsung menemukan informasi yang dicari. 
  • Popmama.com tidak hanya menyediakan informasi tentang parenting saja tetapi juga menyajikan berbagai informasi tentang kesehatan, fashion, dan beauty. Di Popmama.com ini segala informasi yang dibutuhkan mama telah tersaji dengan lengkap. Oleh karena itu Popmama.com memang benar benar bisa menjadi sahabat untuk para millenial mama. 
  • Tidak hanya artikel yang bermanfaat saja yang tersaji di Popmama.com, karena disini juga adanya beberapa tools menarik yang dapat menjawab segala keresahan para millenial mama. Adanya 3 tools menarik di Popmama.com seperti Due Date Calculator, Ovulation Calculator, dan juga Baby Names Finder.
  • Kemungkinannya para millenial mama tersebut merasa penasaran dengan para artis yang mengasuh anaknya. Jika begitu mama para millenial mama tersebut harus rajin mengunjungi Popmama.com. Karena disini adanya sebuah program yang bernama Millenial Mama of The Month. Dimana setiap bulannya itu Popmama.com akan memilih satu artis yang telah memiliki anak untuk menuliskan artikel tentang bagaimana mereka mengasuh anaknya dan juga mereka akan berbagi segala macam tips dan trik tentang parenting. 
  • Popmama.com tidak hanya menyajikan artikel saja tetapi disini juga akan ditemukannya video pembelajaran untuk anak anak. Ketika mama membuka halaman awal Popmama.com maka pada bagian bawahnya itu akan ditemukan berbagai video pembelajaran yang dapat mama tunjukkan kepada si kecil. 
Jika dilihat dari beberapa fakta diatas bisa dikatakan jika Popmama.com sangat tepat dipilih oleh para millenial mama sebagai media partner untuk bisa mendapatkan berbagai informasi tentang dunia parenting. Dengan hadirnya Popmama.com ini diharapkan dapat membantu para millenial mama dan calon mama untuk lebih memahami dunia parenting dengan mudah karena hanya bermodalkan smartphone atau PC dan internet yang dapat mereka akses dimanapun, kapanpun, dan dalam kondisi apapun.