Pembayaran Ala Milenial : Dari Barter Hingga Scan QR Code

Sumber Gambar : Pixabay.com

Sebatas berburu dan mengumpulkan makanan, belum tahu alat pembayaran

Tahu nggak sih sekitar 700—120 abad silam, manusia masih belum mengenal alat pembayaran bahkan pertukaran sekalipun. Sebagian besar manusia zaman itu hanya tahu cara bertahan hidup dengan berburu dan mengumpulkan makanan, tak ubahnya seperti hewan pada umumnya. Hal yang membedakan manusia dengan hewan ialah otak manusia punya fungsi kognitif yang lebih sempurna daripada hewan. Makanya, manusia terus berinovasi untuk
kemudahan hidupnya.

Barter, solusi sementara

Hingga suatu titik manusia tersadar bahwa hidup tak bisa hanya lewat berburu dan mengumpulkan makanan, banyak kebutuhan lainnya yang perlu dicukupi, namun manusia memiliki batasan untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Maka manusia berpikir dan menemukan inovasi berupa barter. Menukar barang yang dibutuhkan dengan barang yang berlebih menjadi solusi "sementara" saat itu.

Barter bertahan cukup lama hingga timbulah pemikiran bahwa lama-kelamaan, manusia menyadari bahwa ada banyak barang yang tidak sepadan untuk ditukarkan ditamba nilainya tidak selalu pasti. Contohnya kita bisa menukarkan 1 karung gandum dengan seekor sapi. Di sisi lain definisi sepadan bagi setiap orang memiliki perbedaan, tergantung situasi dan kondisi.
Sumber Gambar : Pixabay.com

Emas, alat pembayaran yang bernilai instrinsik tinggi

Pada tahun 640 tahun sebelum Masehi, ada sebuah peradaban bernama Lydia, dipimpin sama Raja Alyttes. Di era kepimpinan Raja Alyttes sudah mulai mengenal dan memahami bahwa alat tukar bukan sekadat alat yang bisa dimakan saja. Lahirnya alat tukar yang memiliki nilai intrinsik tinggi dikarenakan sulit mendapatkan. Di era itu lahirlah koin emas dan perak.

Emas dan perak mendapatkan legalitas dari kerajaan, serta emas dan perak memiliki daya tahan yang jauh lebih baik dari sekadar makanan yang cepat membusuk, hingga alat tukar emas dan perak diterapkan dalam peradaban seperti Romawi, Persia, dan Tiongkok. Hingga pada suatu titik emas dinilai tidak efesien sebagai alat pembayaran karena cukup berat untuk dibawa ke mana-mana.


Uang kertas, ringan namun rentan

Di Era Dinasti Tang di Tiongkok, saat itu mereka sudah menggunakan kertas khusus sebagai bentuk jaminan penyimpanan koin-koin emas karena kebiasaan, lama-lama kertas menjadi alat pembayaran yang sah. Berdasarkan kemudahan tersebut, pembayaran uang kertas diadopsi banyak negara, seperti halnya negara-negara Eropa dan negara-negara Asia lainnya. Awalnya, kertas hanya digunakan sebagai penjamin simpanan koin-koin dan emas agar tidak berat.

Hingga mencapai suatu titik ketika tiap negara punya uang kertasnya masing-masing, seperti yang sekarang kita kenal. Pada dasarnya secara nilai intrinsik uang memiliki nilai yang rendah, secara nominal uang berharga karena adanya kesepakatan dari pemerintah dan masyarakat.

Sumber Gambar : Pixabay.com

Uang digital, bertransaksi dengan QR code

Manusia yang senantiasa berinovasi untuk menemukan hal-hal yang baru sehingga mampu memudahkan hidupnya, uang kertas bertahan hingga kini. Namun Uang kertas memiliki berbagai kelemahan seperti mudah rusak kalau kena air dan api, serta banyak juga oknum yang memalsukan uang kertas demi keuntungan pribadinya.manusia masih mencari alat pembayaran yang paling efisien, hingga lahirnya uang digital.

Sumber Gambar : Pixabay.com

Penggunaan uang digital memudahkan kita untuk bertransaksi dalam segala kondisi, tinggal hanya membawa HP segala kebutuhan cukup dengan scan QR Code saja. Ditambah dengan semakin banyak penjual barang bahkan penyedia jasa yang menggunakan QR Code sebagai alat pembayaran, tidak hanya di toko-toko besar pedagang pinggir jalan, hingga warung rumahan sudah banyak yang menggunakan pembayaran berbasis QR Code.

Generasi milenial semakin dimanjakan dengan banyak promo dari penyedia jasa uang digital, bahkan saya sering mendapatkan makanan gratis bermodalkan scan QR Code saja. Pembayaran digital berbasis QR Code sedang digandrungi generasi milenial termasuk saya, selain banyaknya promo. Mereka tidak perlu repot-repot membawa uang, tinggal membawa HP saja. Tidak perlu juga menunggu kembalian. Melalui QR Code, pembayaran langsung dipotong dari saldo uang digital kita.

Sumber : Pixabay.com

Penggunaan uang digital bukan tanpa cela

Penggunaan uang digital bukan tanpa cela, semakin banyak uang digital yang beredar semakin banyak juga QR Code yang berbeda-beda. Misalnya satu toko harus mempunyai banyak QR Code sesuai dengan banyaknya uang digital.

QR Standar Indonesia : satu QR untuk semua pembayaran

Hal tersebut sudah diantisipasi oleh pemerintah, khususnya Bank Indonesia. Tepat di hari kemerdekaan Indonesia, BI meluncurkan meluncurkan standar Quick Response (QR) Code untuk pembayaran melalui aplikasi uang elektronik server based, dompet elektronik, atau mobile banking yang disebut QR Code Indonesian Standard (QRIS).

Implementasi QRIS secara nasional efektif berlaku mulai 1 Januari 2020, guna memberikan masa transisi persiapan bagi Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran (PJSP). Peluncuran QRIS merupakan salah satu implementasi Visi Sistem Pembayaran Indonesia (SPI) 2025, yang telah dicanangkan pada Mei 2019 lalu.

“QRIS yang mengusung semangat UNGGUL (UNiversal, GampanG, Untung dan Langsung), bertujuan untuk mendorong efisiensi transaksi, mempercepat inklusi keuangan, memajukan UMKM, yang pada akhirnya dapat mendorong pertumbuhan ekonomi, untuk Indonesia Maju,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Sabtu, 17 Agustus 2019. (Dikutip dari Nasional.Kontan.co.id).

Hal tersebut menjadi solusi di tengah jumlah uang digital yang semakin beragam, dimulai awal tahun 2020, Indonesia sudah punya standar tersendiri untuk QR Code, dalam artian sekalipun jumlah mata uang digital semakin banyak, pedagang atau penyedia jasa hanya cukup menyediakan satu QR Code untuk discan. Asyik bukan ?

QR Code menjadi metode pembayaran yang sangat memudahkan apalagi di era revolusi 4.0 yang menuntut kemudahan di segala bidang, pembayaran dengan QR Code barang tentu menjadi metode pembayaran yang paling disukai generasi milenial. Bye bye untuk uang kembalian berupa permen hehe

#feskabi2019
#gairahkanekonomi
#pakaiQRstandar
#majukanekonomiyuk

Post a Comment