Jarak adalah cerita bersambung. Agar mengetahui benang merah cerita silakan baca bagian sebelumnya "Jarak 21"
Cinta mampu menembus dan meniadakan segala keterbatasan. Setidaknya kalimat itu pernah Nina dan Soleh alami. Cinta mereka menemui benteng tinggi bernama penolakan dari Orangtua. Keluarga Nina tak mau menodai garis keturunan dengan menikahkan anaknya kepada seseorang yang tak jelas asal-usulnya.
Cinta mampu menembus dan meniadakan segala keterbatasan. Setidaknya kalimat itu pernah Nina dan Soleh alami. Cinta mereka menemui benteng tinggi bernama penolakan dari Orangtua. Keluarga Nina tak mau menodai garis keturunan dengan menikahkan anaknya kepada seseorang yang tak jelas asal-usulnya.
Soleh jelas tak kaya. Tidak juga tampan seperti artis
korea. Ia hanya seorang pemuda miskin dari desa yang percaya bahwa cinta harus
diperjuangkan. Perjuangannya memang membuahkan hasil. Nina luluh dengan
pengorbanan yang Soleh lakukan. Akhirnya mereka menjadi sepasang suami istri
sekalipun dengan risiko besar yang harus mereka bayar. Nina diusir paksa oleh
orangtuanya.
Nina terpaksa berhenti kuliah. Prestasi gemilangnya pupus
sudah. Cinta yang ia rasa membutakan apapun. Sebenarnya Soleh berbesar hati
jika Nina tak mau membangun bahtera rumah tangga dengannya. Ia merelakan kisah
cinta mereka harus diakhiri. Bukan Nina jika tak teguh dengan keputusannya.
Risiko apapun ia hadapi agar bisa hidup bersama Soleh. Kali ini cinta sudah di
luar logika.
Beberapa minggu setelah mereka menikah. Soleh membawa Nina
ke sebuah rumah kontrakan sederhana, bahkan sangat sederhana untuk disebut
rumah. Di sanalah pengantin baru membangun cinta. Cinta yang begitu syahdu
sekalipun terpaan kesulitan ekonomi datang tiap hari.
Cinta mereka begitu mendalam meski keterbatasan ekonomi
menghampiri. Tiap bulannya Nina memeras otak bagaimana caranya mengelola uang
terbatas yang diberikan Soleh. Tentu saja tak mudah mencukupi kebutuhan hidup
sehari-hari dengan uang yang hanya cukup seminggu. Terkadang Nina harus
menghilangkan urat malunya untuk berutang ke warung sekadar membeli beras serta
kebutuhan pokok lainnya.
Kebahagian tak melulu berkutat pada harta. Itu yang Nina
yakini hingga kini. Pernikahan mereka melahirkan seorang bayi laki-laki bernama
Gilang. Semakin beranjak besar Gilang semakin mengerti keterbatasan
orangtuanya. Tak pernah meminta hal yang macam-macam. Ketika ia bersekolah pun
seragamnya hasil lungsuran dari seseorang yang kasihan melihatnya.
Baru kali ini Gilang menjadi bahan pikiran orangtuanya.
Jelas mereka tak mau Gilang berhenti sekolah karena dengan sekolah rantai
kemiskinan bisa terputus.
Di tempat lain Fika, Teguh dan Jama sedang mendiskusikan
sesuatu. Mereka terlihat serius sekali membahas masalah yang sedang meninmpa
temannya. Dengan anggukan akhirnya rencana yang disusun telah disepakati.
"Teguh, kenapa kamu melamun," bentak Fika
menyadarkan lamunan Teguh.
"Gini, Fik. Tadi kalian menyusun rencana panjang lebar
serta detail. Tapi sayangnya aku sama sekali nggak ngerti," Teguh nampak
serius menyampaikan masalahnya.
"Bagian mana yang kamu nggak ngerti Teguh. Ini rencana
penting setiap kata kamu harus pahami. Jangan ragu bertanya,” Jama menimpali dengan raut wajah serius.
" Gini Jama, Fika. Jujur saja dari awal aku nggak
ngerti rencana kalian untuk apa. Memangnya Gilang kenapa ?
Jama dan Fika memasang wajah kesal. Memandang Teguh penuh
arti. Mereka sudah punya rencana untuk menyelamatkan teman baiknya dari
kemungkinan berhenti sekolah.
Ada rencana APA?
ReplyDeleteDuh...udh panjang kali.lebar..trus ga paham itu sesuatu -_-
ReplyDeleteAkankah mereka dpt menolong Gilang?
ReplyDeleteBesok tamat kah aa??
Sahabat yg luar biasaa...
ReplyDeleteIya tuh, kisah cinta ortu gilang sudah diluar logika... hehe
ReplyDeleteAyoo, teman gilang hebat, salut deh
ReplyDeleteAyoo, teman gilang hebat, salut deh
ReplyDelete