Mentari sudah tumbang di pelupuk barat. Lukisan langit berwarna oranye perlahan berganti pekat. Seorang pria muda menatap penuh harap ke arah sumber cahaya yang perlahan gelap. Kerinduan paling dalam menyelinap lancang ke hati seorang pria bernama Gilang. Iya, aku Gilang. Seorang pria yang sedang merasakan getirnya cinta
Sudah beberapa bulan ini aku menyimpan perasaan kepada seseorang yang tak mampu kutemui . Bentangan jarak begitu perkasa memaksa kami untuk menjalin cinta jarak jauh. Tak pernah sekalipun aku bertatap muka secara nyata dengannya namun aneh cinta tetap bisa menyebar ke berbagai celah perasaan ini.
Tuhan menggariskan segala bentuk pertemuan manusia. Termasuk pertemuanku dengan seorang gadis cantik yang biasa ku panggil Aya. Gadis asal kudus yang sedari kecil terbiasa hidup di pondok pesantren itu begitu menawan hatinya. Gejolak tak menentu selalu saja dirasa jika bersua dengannya di media sosial. Sekalipun gadis pesantren ia tak menutup diri dengan perkembangan teknologi, salah satunya sosial media.
Awal pertemuanku dengannya pun melalui jejaring tanpa batas bernama facebook.
Cinta selalu punya cara mempertemukan orang-orang yang sedang mengharapkannya. Perjumpaan tak sengaja aku dengan Aya pun bagian dari skenario cinta yang Tuhan sudah tulisan di langit sana. Pekerjaanku sebagai staf salah satu toko online menjadi perantara bersua dengannya di dunia maya. Melalui fanspage facebook Aya memesan kerudung ungu bermotif bunga yang kala itu sedang digandurungi kaum hawa. Aku langsung merespon serta menindaklanjuti pesanan Aya.
Tak ada yang spesial dari pesanan kerundung ungu bermotif bunga yang Aya pesan. Baru tiga hari kemudian notifikasi pesan muncul di akun toko online yang aku kelola.
"Assalamu'alaikum. Alhamdulillah barangnya telah sampai Admin. Bagus sekali kerudungnya akan tetapi mohon maaf tidak sesuai warnanya dengan yang saya pesan. Waktu itu saya pesan warna merah tetapi yang datangnya biru. Terimakasih atas perhatiannya Admin. Semoga pesan ini segera ditindaklanjuti. Wassalamu'alaikum.
Seringkali aku menerima komplain dari pelanggan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka menyampaikan dengan nada keras bahkan cenderung marah. Tetapi kali ini berbeda seorang wanita menyampaikan keluhan secara halus. Rasa penasaran menghampiri seperti apakah sosok wanita yang bertutur kata begitu halusnya.
Rasa penasaran bergelayut di kepala. Akhirnya ku memutuskan menyapa gadis itu melalui akun pribadi.
" Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Gilang. Staf dari dari toko online tempat Mba membeli kerudung merah bermotif bunga. Saya mengirim pesan dengan akun pribadi sebagai permintaan maaf. Kesalahan pengiriman tersebut murni keteledoran saya. Besok saya kirimkan penggantinta. Sebagai permohonan maaf kerudung biru yang salah kirim. Silakan untuk Mba saja. Terimakasih. Wassalamu'alaikum."
Pesan yang ku kirimkan melalui media sosial melesat cepat sampai kepada penerima. Tak dipungkiri ketika aku menggerakan jari mengetik setiap kata permohonan maaf hadir rasa gemetar di dada. Takut pesan yang telah ku kirim diabaikam begitu saja. Pikiran jauh dari kenyataan. Setelah menunggu beberapa menit. Pesan yang telah aku kirim dibalas dengan kata-kata yang begitu manis.
"Wasalamu'alaikum Mas Gilang. Tidak apa-apa Mas. Manusia tak luput dari lupa. Terimakasih sudah berkenan menggantikan bahkan memberikan hadiah yang menarik sekali. Semoga kebaikan Mas Gilang dibalas dengan berlipat-lipat oleh Allah. Aamiin."
Ingin rasanya teriak menyaksikan pesan manis dari seorang gadis yang begitu menawan sekalipun baru pertama kali bertukar pesan. Tetapi ada yang aneh kenapa dia tahu namaku.
"Aamiin Mba. Eh tapi kon Mba tahu nama saya ?"
"Tahu dong, kan tadi Mas memperkenalkan diri dulu. Coba scroll ke atas pesannya hehe."
"Mohon maaf Mba Aya. Saya kurang fokus. Hehe."
"Nah, sekarang giliran Mas yang tahu nama saya. Hayo tahu darimana ?"
"Nama Mba kan Yanti Handayani. Saya cari saja panggilan uniknya. Mungkin dipanggil Aya. Hehe."
"Betul sekali. Kebanyakan teman-teman dekat di Kudus memanggil Aya."
"Mudah-mudahan kita juga bisa menjadi teman dekat," Timpalku sembari diiringi emotion tawa. Aya pun membalas dengan emotion yang sama.
Tak butuh waktu lama akhirnya aku menjadi teman dekat Aya. Berbagi berbagai cerita dari hal-hal penting hingga kisah remeh-temeh. Kebiasaan berkirim pesan akhirnya menumbuhkan cinta mendalam. Perlahan tapi pasti aku mengucapkan rasa suka kepada Aya. Ia merasakan hal yang sama juga.
Benang-benang cinta terajut indah. Bahagia selalu menjadi kosata yang dinikmati kami berdua. Sekalipun terpisah jarak ratusan Kilometer tak menyurutkan sedikit pun kadar cinta. Beberapa bulan rutin bertukar pesan berbagi rasa suka. Indah sekali dunia serasa milik berdua.
Tak ada kebahagian yang kekal. Kalimat tepat untuk kisah cinta aku dan Aya. Di sore hari kuterima secarik kertas tak biasa dengan nama pengirim seseorang yang sangat ku kenal. Ku buka perlahan, aku mencoba mencermati tiap kata seolah tak percaya dengan secarik kertas yang kini kubaca. Aya kenapa kau sangat tega.
Sudah beberapa bulan ini aku menyimpan perasaan kepada seseorang yang tak mampu kutemui . Bentangan jarak begitu perkasa memaksa kami untuk menjalin cinta jarak jauh. Tak pernah sekalipun aku bertatap muka secara nyata dengannya namun aneh cinta tetap bisa menyebar ke berbagai celah perasaan ini.
Tuhan menggariskan segala bentuk pertemuan manusia. Termasuk pertemuanku dengan seorang gadis cantik yang biasa ku panggil Aya. Gadis asal kudus yang sedari kecil terbiasa hidup di pondok pesantren itu begitu menawan hatinya. Gejolak tak menentu selalu saja dirasa jika bersua dengannya di media sosial. Sekalipun gadis pesantren ia tak menutup diri dengan perkembangan teknologi, salah satunya sosial media.
Awal pertemuanku dengannya pun melalui jejaring tanpa batas bernama facebook.
Cinta selalu punya cara mempertemukan orang-orang yang sedang mengharapkannya. Perjumpaan tak sengaja aku dengan Aya pun bagian dari skenario cinta yang Tuhan sudah tulisan di langit sana. Pekerjaanku sebagai staf salah satu toko online menjadi perantara bersua dengannya di dunia maya. Melalui fanspage facebook Aya memesan kerudung ungu bermotif bunga yang kala itu sedang digandurungi kaum hawa. Aku langsung merespon serta menindaklanjuti pesanan Aya.
Tak ada yang spesial dari pesanan kerundung ungu bermotif bunga yang Aya pesan. Baru tiga hari kemudian notifikasi pesan muncul di akun toko online yang aku kelola.
"Assalamu'alaikum. Alhamdulillah barangnya telah sampai Admin. Bagus sekali kerudungnya akan tetapi mohon maaf tidak sesuai warnanya dengan yang saya pesan. Waktu itu saya pesan warna merah tetapi yang datangnya biru. Terimakasih atas perhatiannya Admin. Semoga pesan ini segera ditindaklanjuti. Wassalamu'alaikum.
Seringkali aku menerima komplain dari pelanggan. Akan tetapi kebanyakan dari mereka menyampaikan dengan nada keras bahkan cenderung marah. Tetapi kali ini berbeda seorang wanita menyampaikan keluhan secara halus. Rasa penasaran menghampiri seperti apakah sosok wanita yang bertutur kata begitu halusnya.
Rasa penasaran bergelayut di kepala. Akhirnya ku memutuskan menyapa gadis itu melalui akun pribadi.
" Assalamu'alaikum. Perkenalkan saya Gilang. Staf dari dari toko online tempat Mba membeli kerudung merah bermotif bunga. Saya mengirim pesan dengan akun pribadi sebagai permintaan maaf. Kesalahan pengiriman tersebut murni keteledoran saya. Besok saya kirimkan penggantinta. Sebagai permohonan maaf kerudung biru yang salah kirim. Silakan untuk Mba saja. Terimakasih. Wassalamu'alaikum."
Pesan yang ku kirimkan melalui media sosial melesat cepat sampai kepada penerima. Tak dipungkiri ketika aku menggerakan jari mengetik setiap kata permohonan maaf hadir rasa gemetar di dada. Takut pesan yang telah ku kirim diabaikam begitu saja. Pikiran jauh dari kenyataan. Setelah menunggu beberapa menit. Pesan yang telah aku kirim dibalas dengan kata-kata yang begitu manis.
"Wasalamu'alaikum Mas Gilang. Tidak apa-apa Mas. Manusia tak luput dari lupa. Terimakasih sudah berkenan menggantikan bahkan memberikan hadiah yang menarik sekali. Semoga kebaikan Mas Gilang dibalas dengan berlipat-lipat oleh Allah. Aamiin."
Ingin rasanya teriak menyaksikan pesan manis dari seorang gadis yang begitu menawan sekalipun baru pertama kali bertukar pesan. Tetapi ada yang aneh kenapa dia tahu namaku.
"Aamiin Mba. Eh tapi kon Mba tahu nama saya ?"
"Tahu dong, kan tadi Mas memperkenalkan diri dulu. Coba scroll ke atas pesannya hehe."
"Mohon maaf Mba Aya. Saya kurang fokus. Hehe."
"Nah, sekarang giliran Mas yang tahu nama saya. Hayo tahu darimana ?"
"Nama Mba kan Yanti Handayani. Saya cari saja panggilan uniknya. Mungkin dipanggil Aya. Hehe."
"Betul sekali. Kebanyakan teman-teman dekat di Kudus memanggil Aya."
"Mudah-mudahan kita juga bisa menjadi teman dekat," Timpalku sembari diiringi emotion tawa. Aya pun membalas dengan emotion yang sama.
Tak butuh waktu lama akhirnya aku menjadi teman dekat Aya. Berbagi berbagai cerita dari hal-hal penting hingga kisah remeh-temeh. Kebiasaan berkirim pesan akhirnya menumbuhkan cinta mendalam. Perlahan tapi pasti aku mengucapkan rasa suka kepada Aya. Ia merasakan hal yang sama juga.
Benang-benang cinta terajut indah. Bahagia selalu menjadi kosata yang dinikmati kami berdua. Sekalipun terpisah jarak ratusan Kilometer tak menyurutkan sedikit pun kadar cinta. Beberapa bulan rutin bertukar pesan berbagi rasa suka. Indah sekali dunia serasa milik berdua.
Tak ada kebahagian yang kekal. Kalimat tepat untuk kisah cinta aku dan Aya. Di sore hari kuterima secarik kertas tak biasa dengan nama pengirim seseorang yang sangat ku kenal. Ku buka perlahan, aku mencoba mencermati tiap kata seolah tak percaya dengan secarik kertas yang kini kubaca. Aya kenapa kau sangat tega.
posted from Bloggeroid
Kenapa dengan Aya?
ReplyDeleteKenapa dengan Aya?
ReplyDelete