Chilling - Healing untuk OYPMK



Sebagai manusia tentu wajar jika mengharapkan kepedulian dari sesama terutama keluarga, saudara, dan teman terdekat. Hal ini menjadi penting sebagai support system untuknya agar kuat dalam menghadapi berbagai problematika kehidupan. Support system ini penting bagai semua orang termasuk OYPMK (Orang yang Pernah Mengalami Kusta).


Banyak orang yang berpikir bahwa OYPMK (Orang yang Pernah Menderita Kusta) masih bisa penularkan penyakit kusta, tentu jawabannya tidak. Pada kenyataan stereotype ini sering kali ditemukan dan membuat OYPMK mendapatkan cibiran karena pernah mengalami penyakit yang ditakutkan tersebar kembali, hal ini memang perlu diluruskan agar mereka kembali mendapatkan kepercayaan dirinya lagi.



Diskrimasi Terhadap OYPMK Menyakitkan Dada


Stigma dan diskriminasi seolah menjadi makanan sehari-hari bagi OYPMK dikarenakan literasi masyarakat sekitar masih minim tentang penyakit kusta. Padahal, sejatinya mereka sudah sembuh tak dipastikan tidak akan menularkan penyakit itu, namun anggapan masih bisa menularkan terus melekat sehingga OYPMK cenderung memisahkan diri dari lingkungan sosial dikarenakan stigma dan diskrimasi tersebut. Hal ini berakibat fatal karena secara mental, penderita kusta ini mengalami tekanan yang luarbiasa dan memaksanya untuk menjadi penyendiri, hal akan menimbulkan penyakit baru dikarenakan kondisi mental dari penderita OYPMK yang tidak stabil.


Lingkaran setan diskriminasi dan stigma ini harus segera diakhir dengan mulai tumbuhnya empati kepada mereka penderita OYPMK yang seharusnya kita dukung. Tentu, perlu perjuangan ekstra untuk mereka sembuh dari penyakit kusta. Jangan sampai kita menjadi penambah beban mereka dengan diskriminasi dan stigma terhadap OYPMK yang sejatinya tidak akan bisa menularkan penyakit tersebut.


Literasi bagi Kita untuk OYPMK




Salah satu penyebab masih maraknya diskriminasi dan stigma buruk terhadap OYPMK ditandai dengan minimnya literasi tentang penyakit kusta, dan penting support system bagi OYPMK. Hal ini menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama untuk membuka mata bahwa OYPMK tidak bisa menyebarkan penyakit kusta. 


Hal itu menjadi dasar untuk Radio KBR mengadakan talkshow yang mengusung tema "Chilling - Healing OYPMK, Perlukah ?" bagi OYPMK yang diadakan pada hari Rabum 14 Desember 2022, pukul 09:00 hingga 10:00 WIB di Channel Youtube Berita KBR, siaran ulangnya masih bisa disaksikan di Channel Youtube tersebut. 


Di acara talkshow tersebut hadir pembicara-pembicara mempuni yang menyampaikan sudut pandangnya tentang OYPMK. Ibu Donna Swita selaku Executive Director Institut of Women Empoerment (IWE) menjabarkan bahwa organisasi yang beliau pimpin (IWE) dari tahun 2008 concern terhadap pemberdayaan perempuan. Adapun keanggotannya bersifat pribadi tetapi sebagian besar anggotanya bergabung dalam organisasi ini memiliki visi dan misi untuk bisa menciptakan lingkungan yang lebih baik bagi perempuan dan disabilitas.


Ibu Donna bertutur bahwa tiga tahun terakhir IWE memosisikan diri terhadap perawatan diri bagi perempuan pembela HAM. Beliau menambahkan bahwa disabilitas termsuk dalam lingkup kerja pembela HAM, di dalamnya termasuk OYPMK.


Pengalaman dari OYPMK


Selain hadir Bu Donna selaku direktur IWE, hadir juga Pak Ardiansyah selaku Wakil Ketua Konsorsium Pelita Indonesia sekaligus OYPMK rentan terhadap stigma akan dirinya. Pak Ardiansyah bercerita bahwa pada awalnya dia menyembunyikan penyakitnya, dalam langkah pengobatan, orang-orang mengetahui bahwa dirinya penyintaas kusta, hal itu menyebabkan dia mendapatkan stigma buruk, bahkan parahnya diskriminasi datang dari keluarga terdekatnya sendiri yaitu ibunya, hal itu tentu menjadi beban mental yang psikis yang mendalam.


Seharusnya keluarga menjadi support system bagi OYPMK tapi berkaca dari kisah Pak Ardiansyah, justru orang terdekat inilah yang mendiksriminasinya. Hal tersebut dapat mengakibatkan tekanan baik dalam fisik dan mental yang mendalam.


Chilling dan Healing adalah Kunci Penyembuhan


Pada dasarnya OYPMK adalah manusia biasa sama seperti kita, mereka juga membutuhkan healing sebagai upaya penyembuhan dari tekanan psikis dan mental yang pernah dialaminya. Kebutuhan akan chilling dan healing itu semakin perlu untuk menjaga mental dan psikologis mereka agar tidak jatuh lebih dalam ke jurang stigma.


Berdasarkan pengalaman Pak Ardiansyah, ia menyembuhkan dirinya dengan cari pergi meninggalkan keluarganya dan bergabung dengan komunitas untuk bersosialisasi dengan orang-orang dala circle yang baru. Beliau berusaha memberikan pengertian kepada orangtuanya agar mereka lebih paham situasi dan kondisi yang ia rasakan, dan dirinya pun terhindar dari stigma negatif dan diskriminasi.


Ibu Donna menambahkan bahwa pada dasarnya healing healing bisa dilakukan tanpa mengeluarkan uang, dimulai dari memperbaiki mindset dan menekuni hobi baru seperti meditasi dan menulis. Ia berpendapat bahwa menulis adalah bentuk healing yang murah dan memungkinkan untuk menghasilkan. Menulis juga bisa menjadi upaya kita untuk membuat banyak orang terliterasi dan menghindark OYPMK dari stigma negatif dan diskriminasi.


Konklusi


Sejatinya seorang OYPMK adalah manusia biasa seperti kita yang merasakan sakit hati bahkan terkena mental jika mendapatkan ujaran atau bahkan tindakan yang membuat mereka merasa terdiskriminasi. Orang terdekat bisa menjadi support system terbaik untuk mengatasi stigma dan diskrimanasi tersebut, jika orang terdekat kita yang menjatuhkan stigma, dengan sabar kita berusaha menjelaskan situasi dan kondisi yang kita alami, persis dengan cara yang dilakukan oleh Pak Ardiansyah.


Chilling dan Healing juga penting bagi OYPMK guna meredakan tekanan mental yang sering kali mereka rasakan, chilling dan healing dapatkan dilakukan dengan sederhana semisal gabung dengan komunitas yang mengerti kondisi dan situasi yang kita alami. Healing juga tidak perlu mahal cukup melakoni hobi seperti menulis, dari menulis juga kita bisa mengedukasi sekitar bahwa stigma negatif tentang OYPMK tidaklah benar.



Post a Comment