3 Hari di Surabaya, 3 Kali dibentak

Sudah 3 hari di ibukota Jawa timur, Surabaya. Di kota pahlawan ini belajar tentang sebuah ketegasan. Baru 3 hari sudah 3 kali dibentak bapak-bapak.


Pertama, ketika menanyakan perihal check in ke pegawai hotel. Entah saya yang terlalu bawel karena berapa kali menanyakan sesuatu, bapaknya ngegas dong hihi.

Kedua, ketika saya menyewa motor. Masnya bilang pembayaran via transfer padahal posisinya sedang bertatap muka. Saya mengulangi pertanyaan "Selain transfer bisa Mas," dengan nada lembut dan menggemaskan. Masnya setengah teriak "Transfer aja !"

Ketiga, ketika lewat sebuah gang di siang hari. Ada sebuah plang berbahasa Jawa, saya cuek saja melewati gang itu dengan motor. Tetiba ada bapak-bapak berkumis marah sambil menunjuk saya dalam bahasa Jawa.

Kaget dong, dosa apa yang telah saya perbuat. Saya jawab dengan "Nggih Pak, Nggih Pak,"
eh bapaknya makin marah lalu saya bilang "Saya tidak mengerti bahasa Jawa."

"dari mana kamu ?," masih dengan raut wajah seram seakan saya mau ditelan.

"Bandung, Pak" bapaknya melanjutkan memarahi saya dengan bahasa Indonesia. Saya minta maaf. Intinya lewat gang itu harus di dorong motornya. Saya beberapa kali minta maaf, akhirnya marah bapak itu reda. Sambil mendorong motor, saya memberikan senyum termanis saya.

Meskipun saya sering kena marah, tapi sejujurnya mereka itu baik. Contohnya Kak Sakifah Ismail, orang Jawa timur yang menjemput saya ketika di Jogja. Cak Heru Sang Mahadewa, penulis sejarah yang kemarin malam mengantar saya keliling Surabaya walaupun baru pulang kerja sorenya.

Berfoto dengan mode hormat di Tugu Pahlawan.

4 comments