Terisak

"Cinta," Seru seseorang yang sedang berbicara sendiri, sembari memandang langit.

"Cinta, kau hanya terdiri dari lima huruf tapi punya peran besar bagi manusia," Kali ini dia memegang perutnya yang membuncit.

"Akupun lahir karena cinta kedua orangtua, mereka berbagi rasa hingga lahirlah aku," Dia menunduk.

"Tapi aku harus tumpas habis cinta darinya,"
Perlahan dia menitik airmata.

Dia terlihat berjalan sendirian meski sebenarnya berdua dengan anak di dalam kandungannya. Calon ibu itu terus melangkah hingga tiba di sebuah gubuk tua.

Seorang nenek yang seakan sudah tahu kedatangnya menyambutnya diluar.

"Neng geulis yakin ? "

"Yakin, Mak," Sekalipun dia berkata yakin namun goresan keraguan nampak sekali di wajahnya.

Sudah 30 menit berlalu, jeritannya mengalahkan suara-suara makhluk lain. Seolah di setiap tarikan nafasnya adalah sebuah kesakitan luarbiasa.

Baginya kesakitan itu hanya noktah kecil dibanding harga dirinya yang telah hancur. Dia selalu mengingat malam itu, di mana seorang lelaki memaksakan cinta berlumur nafsunya.

Sejak itu dia tak percaya lagi dengan cinta, bahkan ingin menumpaskan setiap cinta, termasuk buah cinta dalam kandungannya.

Sayang, dia keliru. Tuhan menjaga buah cintanya. Dia hanya mampu terisak di alam yang berbeda, melihat bayinya lahir ke dunia.

3 comments