3A Untuk Ibukota

Aku sebenarnya bukan pemerhati politik yang tahu betul peta kekuatan seorang calon. Aku hanya orang yang menanggapi keramaian tiga hari ini. Politik menyuguhkan drama dengan menarik layaknya film India, Uttaran. Masyarakat menyoroti PDIP, partai dengan jumlah kursi terbesar di DKI mengusung Ahok sebagai calon Gubernur. Tiga partai lain membangun koalisi dengan partai pimpinan Megawati, termasuk partai penguasa di zaman Orba, Golongan karya.

Pengusung Ahok begitu digdaya namun takkan menang mudah. Mantan menteri pendidikan sekaligus mantan pimpinan tertinggi universitas Paramdina, mencoba menantang petahana dengan duet bersama pengusaha Sandiga Uno. Lawan sepadan untuk memperebutkan tahta ibukota.

Tak hanya dua calon saja, mayor muda mencari peruntungan dengan gagah perkasa berniat melawan kekuatan raksasa. Secara darah ia punya modal. Putra mahkota presiden keenam Indonesia. Hebatnya ia rela melepaskan seragam loreng hanya untuk berebut kursi orang nomor satu Jakarta.

Semoga tujuan 3A bukan hanya berebut kuasa tetapi niat tulus memperbaiki Jakarta. Persembahanku untuk mereka terangkum dalam puisi

3A Untuk Ibukota

Pemuda terbaik bangsa berebut tahta ibukota
Yang pertama ialah petahana
Seorang tangan besi keturunan Tionghoa

Yang kedua, mantan rektor paramadina
orang Yogya yang terkenal santun berbahasa

Ketiga, putra makhota mantan presiden Indonesia
Mayor muda dengan deretan penghargaan di dada

Warga tinggal memilih sesuai selera yang terpenting terbaik untuk Jakarta. Jangan saling hina karena kita tetap satu untuk Indonesia.

Pemenang nanti tak boleh jumawa karena tugas berat di depan mata

Yang kalah harus berlapang dada tetap bersama membangun Jakarta

4 comments