Gelora Baca di Islamic Book Fair

"Buku teman duduk paling setia."

Kata bijak yang sering kita temui di perpustakaan serta toko buku termuka. Membaca cara termudah melihat dunia dan buku adalah media terbaiknya. Tak terhitung manfaat membaca yang sudah disosialisasikan pemerintah, komunitas, pengiat budaya, litera.

Islamic book fair 2016 menjadi salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan budaya litera (menulis dan membaca). Ikatan penerbit Indonesia wilayah Jawa barat bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Jawa barat menjadi penyelenggara kegiatan yang berlangsung di masjid Pusdai (pusat dawah Islam).

Acara Islamic book fair yang berlangsung selama satu pekan dari tanggal 3 hingga 10 Mei 2016 dimeriahkan oleh puluhan stand buku dari berbagai penerbit, tentunya menjual buku dengan diskon hingga 70%. Potongan harga yang menggiurkan pembaca. Cukup mudah untuk menemukan buku bagus hanya dengan label harga 10 hingga 20 ribu rupiah.

Pembukaan Islamic book fair diawali pidato sekaligus ajakan Sekda Pemprov Jabar, Pak Iwa untuk mengajak sanak saudara untuk membeli buku di ajang Islamic book fair. Beliau juga mewakafkan 100 buku yang akan dibeli di ajang tersebut.

Tidak hanya dimeriahkan oleh bazar buku murah. Pameran replika mummy firaun pun banyak diminati pengunjung untuk dijadikan bahan tafakur diri. Bahwa kesombongan manusia membawanya pada kehancuran. 10 ribu rupiah nilai yang harus dibayarkan untuk melihat pemutaran video sejarah firaun serta menyaksikan mummy replika yang terbaring di beberapa sudut. Membayar dengan nominal 10 ribu cukup sepadan dengan ilmu yang didapatkan.

Di podium utama rentetan kegiatan bedah buku, workshop dan hiburan berupa nasyid menjadi pelengkap kemeriahan Islamic book fair 2016. Di hari terakhir pun ratusan pengunjung dari berbagai golongan memadati stand-stand dan pameran mummy. Beberapa lainnya sedang asyik menyimak acara workshop bertemakan parenting.

Kegiatan Book fair skala besar selalu dilaksanakan empat kali dalam setahun atau pertiga bulan sekalian di kota Bandung. Sinergi pemerintah dengan Ikatan penerbit Indonesia (IKAPI) mengadakan acara yang membudayakan minat membaca. Sebagai bentuk real dari upaya meningkatan minat membaca di kalangan masyarakat yang masih rendah

Survei yang dipublikasikan lembaga Programmme for International Student Assessment (PISA) di 2015 tentang kemampuan membaca siswa.
Hasil survei menyebutkan, kemampuan membaca siswa di Indonesia menduduki urutan ke 69 dari 76 negara yang disurvei. Hasil tersebut lebih rendah dari Vietnam yang menduduki urutan ke 12 dari total negara tersebut.

Rendahnya minat baca di Indonesia juga diberdasarkan hasil survei yang menyebutkan, rata-rata orang Indonesia menonton televisi per hari selama 300 menit. Padahal negara-negara yang memiliki kemampuan membaca tinggi, hanya menonton televisi 60 menit.

Islamic book fair 2016 di masjid Pusdai menjadi upaya pemerintah untuk meningkatkan minat baca sekaligus menjawab survei dari PISA bahwa masyarakat Indonesia sebenarnya punya potensi untuk membudayakan kegiatan membaca.

Pesimisme budaya baca masyarakat Indonesia dalam kegiatan itu tak terlihat. Banyak sekali anak SMA berlomba membeli buku favoritnya. Sering ditemukan seorang anak membawa kantong yang dipenuhi tumpukan buku hasil buruannya. Fakta membanggakan yang saya saksikan.

Semoga minat baca masyarakat Indonesia terus meningkat sekalipun acara book fair telah usai. Kemajuan suatu bangsa diukur dari seberapa banyak masyarakatnya mencintai budaya membaca dan menulis. Jika ingin mengetahui seluruh isi dunia maka membacalah. Jika ingin diketahui seluruh dunia maka menulisnya.

posted from Bloggeroid

2 comments

  1. solo juga sama hlo.. event book fair rutin digelar. yang tidak rutin cuma saya yang berkunjung, hhaa.

    semoga kota-kota lain pun demikian.
    selamat mambaca dan semangat menulis :)

    ReplyDelete
  2. Saya suka tulisannya bang.

    ReplyDelete