Paling Menyeramkan

Aku baru saja menghadiri acara tahlilan tetangga, Ibu Ani namanya. Bu Ani meninggal tiga hari lalu setelah berjuang melahirkan anaknya. Tak dipungkiri dalam duka yang menyelimuti keluarga Bu Ani. Ada rasa bahagia hadir, makanan dari acara tahlilan aku dapatkan. Bagi anak kos itu anugerah yang luarbiasa apalagi jatuh di tanggal tua. Waktu berpihak kepadaku, kebetulan Arman, teman satu kosan sedang pulang kampung. Jika ada dia jatah makananku bisa cepat sirna.

Aku buka nasi kotak yang kubawa dari acara tahlilan. Di dalamnya ada daging sapi dan berbagai temannya yang menggiurkan. Aku santap beberapa suap.

"Ah, andai saja banyak yang mening...," tiba-tiba lampu padam. Beberapa menit kemudian harum bunga tercium.

Sontak aku kaget dan mencari HP sebagai penerangan. Aku arahkan cahaya ke dekat pintu. Sesuatu berambut panjang berpakaian putih mendekatiku. Sontak aku lari ke kamar dan mengunci pintu.

Ini pengalaman pertama melihat sesuatu yang biasanya ada di film horor.

"Kruuuuk,kruuuk," perutku tiba-tiba berbunyi. Rasa lapar menghinggapi. Rasa takut akhirnya dikalahkan lapar. Aku mencoba membuka pintu dengan perlahan.

"Astagfirulloh," Makhluk menyeramkan itu masih ada. Duduk terdiam di hadapan nasi kotak.

"Euuuu," tiba-tiba makhluk itu bersendawa.

Bantal aku lempar ke kepala Arman yang memakai daster putih. Dia tertawa puas karena menghabiskan nasi kotakku. Dia berkata tak jadi pulang kampung. Dia menyamar jadi hantu karena tahu aku bawa makanan hasil tahlilan.

Tetiba ketika aku asyik mengomeli Arman. Suara ketukan muncul lagi, kali ini dengan suara lirih dan semakin lama semakin meninggi.

"Gilaaaaang, Armaaan buka pintu. Ayo cepet bayar kosan. Ibu nggak ada uang untuk beli Pelembab malam."

Tagihan uang kos lebih menyeramkan dari hantu sekalipun.

5 comments