Kepingan Rasa Puzzle 35

Kepingan Rasa Puzzle sebelumnya di sini

Aku mencatatkan rekor seminggu tanpa aktifitas selain tidur. Kalau sedang sehat kegiatanku banyak misalkan main, main, dan main, eh setelah dipikir-pikir hidupku penuh permainan. Dalam seminggu ini mendadak semua orang memperhatikan lebih. Biasanya harus berprilaku di luar norma agar mendapatkan perhatian misalkan naik pohon kelapa sampai malam hingga mamah sadar kalau punya anak bernama Gilang. Kali ini berbeda mamah menjadi ekstra perhatian. Setiap pergantian jam pasti nyuruh minum obat. Maafkan aku mamah, bukannya mau membangkang perintahmu tapi kalau aku minum obat tiap jam bisa overdosis dong.

Teman-teman pun berprilaku sama seperti mamah.Tiba-tiba datang bawa segala jenis makanan. Bahkan Romeo membawakan nasi goreng pedas dari warung Ceu Oyom. Ah, Romeo memang selalu bertindak di luar kebiasaan orang normal. Biasanya orang normal membawa buah atau roti, dia berbeda membawa nasi goreng ekstra pedas. Setidaknya lebih perhatian dari pada biasanya. Kalau aku nggak sakit, Romeo paling pelit soal makanan, minta gorengan saja bisa menimbulkan perang dunia ke 3 di antara kami.

Guru-guru pun tak alfa menengokku. Ah terharu banget. Murid bandel saja masih diperhatikan seperti ini apalagi aku jadi murid penurut. Mungkin saja guru-guru nyanyi sambil bawa bunga lalu berkata "Will u marry me" rasanya imajinasiku terlalu liar terlampau sering nonton acara tembak-menembak.

Suasana ruangan seolah berubah, ketika Pak Herman datang ruang rawat inap menjadi hening. Beliau menghampiri mamah lalu mengajaknya mengobrol. Obrolan mamah dan Pak Herman tak mampu dijangkau telingaku. Tiba-tiba paranoid, jangan-jangan Pak Herman akan berbicara tentang skorsing itu atau bahkan menambah hukuman. Aku berasa semakin puyeng.

"Lang, gimana kabar kamu sekarang ?"

Aku kaget Pak Herman tiba-tiba menanyakan kabar serta memasang wajah ramah yang jarang sekali tertuju untukku. Biasanya ada dua alasan kenapa beliau berbicara kepadaku, pertama karena memberikan hukuman, kedua ketika nyuruh hormat bendera seharian karena telat datang upacara, eh dua-duanya hukuman deh.

"Sakit badan Pak, kaki juga belum bisa digerakan," Aku menjawab pertanyaan Pak Herman dengan lesu agar beliau mengasihani.

Pak Herman tetiba menujukan raut wajah sedih, pertama kalinya aku melihat ekspresi seperti itu.

"Maafkan Bapak yah Lang,"

"Maaf untuk apa Pak?"

"Untuk semuanya Lang, bapak terlalu keras sama kamu, tapi itu bapak lakukan bukan karena benci tapi karena sayang. Ingin suatu hari nanti melihat kamu sukses."

Aku hanya mengangguk, mengiyakan segala hal yang Pak Herman katakan. Entah kenapa perkataan Pak Herman sungguh menyentuh.

"Sebentar lagi akan ujian kenaikan kelas Lang, kamu harus cepat sembuh. Bapak sudah bilang ke wali kelasmu dan juga kepala sekolah untuk memberikan kamu pelajaran tambahan, jadi meskipun kamu di sini tetap di daftar kehadiran dinilai masuk."

"Terimakasih sekali Pak. Meskipun aku sering membangkang bapak, tetap saja perhatian Pak Herman masih tetap besar.

"Itu sudah kewajiban Lang,"

"Mulai kapan Pak pelajaran tambahannya ? guru-guru yang ke sini ?"

"Kalau kamu siap sih besok, bukan tapi teman-teman kamu. Romeo."

"Romeo Pak ? saya ragu dia bisa," aku melirik Romeo yang nyengir kuda.

"Dengarkan dulu Lang, kan kata Bapak teman-temanmu pasti lebih dari satu."

"lalu siapa lagi Pak ?" Pak Herman melihat ke arah pintu.

"Mungkin dia sedang ke sini Lang,"

10 menit kemudian Cili datang.

3 comments

  1. Baru diomongin tadi, ehh udah di update 😊😊

    ReplyDelete
  2. Enak bgt cuma tidur2an diitung masuk kelas, hhaa

    ReplyDelete
  3. Duh sulit, masa udah ke 36 aja akhirnya iput mulai dr sini saja ahahaha

    ReplyDelete