Buku-buku berlabel best seller aku benci, apalagi yang disertai namaku. Kata orang tulisanku berbeda, cerminan dari generasi baru sastra. Menggebrak pakem sastra yang membuat label baru dalam cerita cinta
Aku benci ketika penerbit menodongkan senapan bernama garis kematian di kepala. Penulis yang seharusnya menjadi raja dalam ceritanya tapi dalam dunia nyata menjadi sebuah paradoks. Aku seolah menjadi sapi perah untuk petinggi penerbitan yang butuh rupiah.
Katanya sudah puluhan kali cetak, rekeningku memang jadi gendut tapi otakku kosong. Aku dirasuki makhluk lain ketika menulis, makhluk bernama keserakahan. Tujuanku menulis sudah tidak murni. Tak ubah seorang kuli yang bekerja hanya untuk rupiah.
Aku bukan penulis hanya sekadar kuli tinta. Menulis untuk sekadar mendapat rupiah. Otakku dikerangkeng kepentingan, tak bisa menyalurkan keinginan.
(Menyikapi fenomena bahwa menulis sekadar mendapatkan rupiah. Bukan untuk menyalurkan segala bentuk resah)
Aku benci ketika penerbit menodongkan senapan bernama garis kematian di kepala. Penulis yang seharusnya menjadi raja dalam ceritanya tapi dalam dunia nyata menjadi sebuah paradoks. Aku seolah menjadi sapi perah untuk petinggi penerbitan yang butuh rupiah.
Katanya sudah puluhan kali cetak, rekeningku memang jadi gendut tapi otakku kosong. Aku dirasuki makhluk lain ketika menulis, makhluk bernama keserakahan. Tujuanku menulis sudah tidak murni. Tak ubah seorang kuli yang bekerja hanya untuk rupiah.
Aku bukan penulis hanya sekadar kuli tinta. Menulis untuk sekadar mendapat rupiah. Otakku dikerangkeng kepentingan, tak bisa menyalurkan keinginan.
(Menyikapi fenomena bahwa menulis sekadar mendapatkan rupiah. Bukan untuk menyalurkan segala bentuk resah)
Ih dalem..
ReplyDeleteMantaaab aa gilang
ReplyDeleteAsikk suka
ReplyDeleteKereeen...
ReplyDeleteApik
ReplyDeleteHmmm sebuah pilihan...jadi kuli tinta atau penulis
ReplyDelete