Sang Tuan



Beberapa surat undangan tergeletak di meja, mereka menunggu sang Tuan datang untuk menyentuhnya. Tujuan mereka mulia, hanya ingin menyampaikan berita bahagia. Kabar dari pembuatnya yang akan menggenapkan cinta.

Mereka tahu, kabar yang dibawanya menjelma setangkai mawar bagi sang Tuan, indah namun menyakitkan. Sudut terluarnya terlihat bahagia namun dalam relung hatinya menetes luka.

Sang Tuan terjangkit virus tuna asmara, undangan pernikahan ibarat pantangan. Sang Tuan tak mau pura-pura tersenyum, ketika ditanya kapan menunaikan cinta. Sang Tuan mulai bosan dengan pertanyaan hasil salin tempel dari masa ke masa

Surat-Surat itu menanti. Penantian yang cukup panjang hingga mereka mulai usang.
Sang Tuan tak kunjung datang. Di sudut lain tumpukan surat serupa berada dalam kondisi merana bahkan ada satu surat yang terkoyak begitu tragis. Itu surat terakhir yang Sang Tuan buka.

Sang Tuan melucuti surat itu dengan kekerasan yang tak terbayangkan, apalagi setelah melihat nama yang tergores di halaman muka. Sang Tuan menyobeknya berkali-kali hingga tak berbentuk lagi, setelah itu Sang Tuan pergi dengan balutan amarah.

Sejak itu Sang Tuan tak pernah kembali. Beberapa surat yang masih rapi, takkan menuntaskan tugasnya kini. Sang Tuan tak akan datang untuk membacanya lagi

2 comments