Kepingan Rasa Puzzle 11

Puzzle sebelumnya baca di sini

Lampu kamarku masih menyala. Aku tidak sedang belajar, bukan juga sedang mengerjakan sesuatu hal. Yang aku lakukan hanya melamun, melamunkan dia yang akan kutemui esok. Sebenarnya belum tahu apa yang mesti dilakukan ketika bertemu dengannya. Misi rahasia itupun hanya sekadar kedok untuk bertemu gadis itu.

Di saat sibuk melamun, suara-suara aneh kudengar dari dapur, seperti orang yang sedang memasak. Pikiranku langsung saja tertuju pada makhluk halus, seperti yang mamah bahas tadi.

"Masa makhluk halus doyan masak, kalau benar-benar dia masak, kira-kira masak apa ?" Aku berbicara sendiri, ingin berbicara berdua tapi rasanya sudah tidur semua.

Masih penasaran dengan suara aneh yang berasal dari dapur. seperti presenter-presenter acara horor aku beranikan diri mendekati sumber suara. Perlahan kubuka pintu dapur, aku terkejut melihat sesuatu tak terduga. Nasi goreng ekstra telur tampil menawan di piring. Tanpa diperintah dalam tempo sesingkat-singkatnya piring itu kembali ke bentuk semula, bersih tanpa nasi sedikitpun.

Perutku membuncit pertanda kenyang. Rasanya pas sekali untuk tidur. Aku kembali ke kamar sembari memikirkan rencana besok. Tergagas dengan nasi goreng yang tadi. Aku akan bawa Cili ke tempat nasi goreng ekstra pedas ala Ceu Oyom. Di sana nasi gorengnya enak banget, rasanya luarbiasa dan lagi ekstra pedasnya membuat ketagihan.

"Whaaaaaa,"

"Suara apa itu," seruku dalam hati.

Mamah, Bapak dan adikku pun keluar kamar. Mereka juga sama terbangun karena suara itu. Aku rasa suara itu berasal dari dapur. Kami sekeluarga menuju dapur, di sana melihat adik pertamaku, Dika sedang kebingungan.

"Kunaon Dik, " Bapak bertanya kenapa alasan Dika berteriak sekencang itu.

"Ieu Pak sangu goreng jol-jol leungit," Ternyata penyebab Dika berteriak karena nasi goreng yang dia buat tiba-tiba menghilang.

Aku tertawa dalam hati. Nasi gorengnya sudah dihabiskan tadi.

"Mah, sangu gorengna dituang ku jurig," Dika merajuk ke mamah bahwa nasi gorengnya sudah dimakan hantu.

"Sudah-sudah paling kamu ngigo, masak nasi gorengnya dalam mimpi kali. Sekarang kita tidur lagi besok sekolah," Ayah berkata tegas.

Dika masih dengan muka murungnya meninggalkan kamar. Aku ingin sekali tertawa sekencang-kencangnya tapi takut ketahuan bahwa aku pelakunya. Akhirnya semua keluarga pun termasuk Dika kembali ke kamarnya masing-masing. Aku juga kembali ke kamar kemudian terlelap sembari memikirkan gadis itu.

Tak terasa matahari sudah menunjukan sinarnya. Seolah dia berkata

"Ayo Lang bangun, hari inikan mau ketemu seseorang yang spesial."

Aku bergegas bangun lalu mandi dengan kecepatan cahaya kemudian memakai seragam dan parfum. Malu, jika bau busuk tercium olehnya. Sempat aku lihat wajah heran mamah dengan prilaku anaknya yang begitu semangat berangkat sekolah. Tidak seperti hari-hari biasanya yang perlu suara petir untuk menyuruhku bangun. Demi dia aku telah berhasil melawan gravitasi kasur.

Pukul 6 kurang sudah berada di samping gerbang sekolah.

"Ini Gilang ? " Pak satpam menyapa dengan heran.

"Bukan Pak, aku Nicholas Saputra." Wajahku tersenyum penuh arti.

"Nicholas Saputra kok item ?" Pak Satpam tertawa puas setelah meledekku.

"Kamu tumben datang pagi gini ?"

"Ada misi rahasia Pak."

"Misi apa ? misi yang tak boleh Pak Satpam tahu."

Aku memalingkan wajah dari Pak Satpam, kesal saja dia sudah menghinaku item. Memang sih item tapi jangan jujur banget begitu. Di lain arah seseorang yang telah aku tunggu tiba. Aku berlari menjemputnya.

"Assalamu'alaikum Gilang," Suara merdua menyapaku dengan lembut.

"Walaikumsalam Cili," Aku mencoba memasang wajah seimut mungkin.

"Misi rahasianya apa Lang ?"

"Sini ikut aku saja."

Aku mengajaknya ke warung Ceu Oyom. Awalnya dia tidak mau karena misi yang dilakukan ini berada di luar kelas. Dia sangat takut sekali jika nantinya telat masuk kelas. Dengan berbagai usaha aku yakinkan dia.

Warung Ceu Oyom cukup sederhana tapi masakan seperti hotel bintang lima apalagi nasi goreng ekstra pedasnya.

"Jang Gilang itu saha ? Ceu Oyom bertanya orang yang berada di sebelahku.

"Kabogoh, Ceu," Aku mengaku bahwa Cili adalah pacarku.

"Aduh hebat meni geulis pisan," Ceu Oyom memuji Cili yang katanya cantik sekali.

"Muhun Ceu, Eh nasi goreng dua cing lada." Aku memesan dua nasi goreng ekstra pedas."

Cili keheranan dengan bahasa Sunda yang aku dan Ceu Oyom ucapkan.

"Kok kamu ajak aku ke sini Lang, mana misi rahasianya ?"

"Misi rahasianya ini makan nasi goreng, aku sebagai ketua kelas harus memastikan semua siswa di kelas kita sarapan dulu jadi aku ajak kamu kesini."

"Tapi aku udah sarapan Lang,"

"Sarapan aja lagi, ini enak loh."

Cili memakan nasi goreng yang telah disajikan Ceu Oyom. Awalnya dia merasa kepedasan tapi aku meyakinkan bahwa semakin lam semakin tidak pedas. Ternyata beda hal dengan yang Cili rasakan. Wajahnya semakin memerah setelah memakan beberapa suap. Dia memegang perut lalu mengeluh sakit. Aku mengantarkannya ke toilet, beberapa menit kemudian perutnya kembali sakit. Aku panik.

"Kumaha ieu Ceu," Aku bertanya apa yang harus dilakukan.

"Pasihan teh manis," Ceu Oyom menyarankan untuk memberikan teh manis.

Setelah sakitnya berangsur reda, dia tampak lungai sembari bersandar ke pundakku.

"Lang, Eceu ke belakang dulu," Ceu Oyom pergi ke belakang.

Aku menatap wajah Cili yang tampaknya masih sayu.

Beberapa menit kemudian derap langkah menghampiri warung Ceu Oyom.

"Gilang, bukannya masuk sekolah malah pacaran di sini." Seru seseorang yang ternyata paling aku takuti.

2 comments