Mahasiswa Di Bawah Garis Kejombloan

Sulit mendapatkan dia. Perlu usaha ekstra keras untuk meluluhkan hatinya. Wajar saja, dari segi fisik aku jauh dari rupawan. Kelebihanku cuma hidung yang aerodinamis hanya memerlukan sedikit udara untuk hidup, itu kata halus untuk menyatakan pesek.

Berbicara mengenai harta, sulit diungkapkan lewat kata-kata. Aku makan sehari dua kali dengan nasi setengah porsi + bumbu daging. Kenapa bumbu daging ? karena itu gratis. Hanya perlu menghilangkan rasa malu disertai sedikit mengiba kepada Ibu Warteg.

Mengena IPK, aku termasuk mahasiswa paling konsisten dengan Indeks prestasi di bawah dua koma. Seolah nilai A adalah kemustahilan bagiku. Tiada alasan bagi dia untuk menyukai diri ini sekalipun dengan bantuan pelet dukun tingkat internasional.

Perempuan yang kusuka mahasiswa berprestasi tingkat provinsi. Wajahnya membuat pria enggan mengedipkan mata. Anak tunggal dari pemilik perusahaan terkemuka. Berjiwa humanis tinggi. Idaman semua lelaki untuk dijadikan istri. Dia seperti sisi lain dari diriku.

Suatu hari entah keajaiban datang darimana. Dia menepuk pundakku yang sedari tadi tertidur selama perkuliahan.

"Lang, yuk pulang ? anak-anak udah pada cabut dari tadi,"

Aku tertegun. Apakah diri ini sudah mati lalu masuk surga. Kenapa ada bidadari di depanku.

"Apakah aku sudah mati ? ini surga ?" Sembari berteriak.

"Kamu bukan mati, dari tadi tidur. Ini masih di kelas Lang. "

"Masa sih, aku masih ngantuk deh."

"Jangan tidur terus ini udah sore. Mendingan anterin aku pulang. Nggak ada temen nih."

Serasa dapat undian lotre. Airin mengajak pulang bersama kepada seorang pria itu peristiwa langka. Pernah ada gosip, seorang anak penjabat eksekutif mengajaknya pulang memakai Lamborgini, dia menolak. Sekarang kembang kampus itu mengikhlaskan diri untuk menaiki motor butut. Saking tuanya motorku mungkin ia diproduksi oleh kerajaan Majapahit.

Sepanjang jalan dia bercerita tentang berbagai hal. Berbicara panjang lebar dengannya aku dapat menyimpulkan bahwa di balik semua kelebihan yang dia punya, Airin termasuk gadis ramah dan enak diajak ngobrol. Di ujung pembicaraan Airin mengajakku bergabung dengan dia untuk mengerjakan proyek penelitian. Tentu aku terkejut, mahasiswa yang sebagian besar kuliahnya dihabiskan dengan tidur siang bekerja sama dengan mahasiswa cantik, pintar nan berprestasi.

Wajahnya yang teduh tak mungkin bisa aku tolak. Dengan segala kegilaan yang kupunya untuk berapa minggu kedepan aku dan Airin akan selalu bersama. Meneliti pengelolaan home industri di suatu desa. Selama penelitian itu Airin menunjukan kapasitasnya sebagai gadis cerdas. Dia mampu merangkul masyarakat yang masih buta tentang keilmuan wirausaha. Peranku di sana hanya sebagai asisten sekaligus tukang ojeg bagi Airin.

Tak hanya masyarakat yang mengerti dengan penjelasannya. Akupun sama. Dia mahir sekali menjelaskan konsep rumit dengan bahasa sederhana. Mataku yang terbiasa ngantuk ketika kuliah berubah 180 derajat. Aku mampu menangkap inti dari penelitian yang kami berdua lakukan.

Di hari terakhir penelitian, aku berencana 
menyatakan cinta kepada Airin. Memang ini ide gila namun tetap harus dicoba. Aku rasa Airin juga suka dengan aku. Dia tak pernah lupa mengingatkanku membaca buku dan belajar. Kata-kata manis itu cukup menjadi landasanku untuk mengungkapkan perasaan, siapa tahu berbalas.

"Airin, aku boleh bicara ?"

"Itu bukan udah bicara, Lang ?"

"Bukan bicara itu."

" Lalu bicara apa ? Kamu mau bicara bahasa hewan ? "

"Iya, petok petok. Eh kenapa aku jadi ayam."

"Haha kamu lucu Lang. Yaudah serius. Kamu mau bicara tentang apa ?"

"Langsung saja yah Airin. Sejujurnya aku suka kamu. Aku ingin nanti kamu jadi istriku. Aku janji rela bekerja 24 jam agar bedak dan segala kosmetik yang kamu gunakan mampu aku belikan. Aku janji akan buatmu bahagia."

"Lang, kalau boleh jujur aku juga suka kamu..."

"Beneran Airin."

"Benar Lang, suka melihat semangatmu dengan proyek ini. Seperti yang diminta wali dosen kita. Agar aku berusaha menumbuhkan semangat belajar kamu. Karena kalau semester ini IPKmu di bawah dua koma terpaksa harus drop out. Aku nggak tega."

"Airin cara kamu itu jahat. Kau berikan harapan begitu tinggi namun dijatuhkan ke dasar bumi. Airin aku mengundurkan diri dari proyek ini."

"Kamu mau kemana Lang ? "

"Mau pulanglah, eh tapi aku minta ongkos deh. nggak punya uang untuk bayar angkot."

5 comments