Di Balik Skripsi

Aku manusia biasa yang lahir dengan segala keterbatasan. Begitupun keterbatasan dalam hal mencintai hanya sebatas kamu saja.

Detik berlalu tak terasa sudah di penghujung waktu engkau menuntaskan status mahasiswa. Aku masih ingat saat dirimu bersusah payah merampungkan skripsi. Hatiku ikut berdebar kala wanita yang ku cinta menunjukan wajah lelahnya. Ia berkutat dengan buku yang tak satu pun ku mengerti. Wajarlah, diri ini tak pernah merasakan menjadi mahasiswa. Tidak mengerti apa itu skripsi. Bahkan ketika engkau mengeluh kurang referensi, sungguh aku tak paham. Yang ku tahu mengenai referensi hanya sebatas bumbu dapur yang terbuat dari udang. Setidaknya sama akhirannya.

Tugasku hanya mengantarkanmu ke toko buku atau mengujungi tempat favoritmu yaitu perpustakaan kampus. Aku sempat heran dengan raut wajahmu yang bisa berubah dalam hitungan detik. Rona bahagia mampu hadir namun seketika hilang entah kemana. Diri ini tak banyak bicara hanya mampu mengikuti perintahnya. Entah kenapa cinta ini meniadakan logika. Beberapa kali bolos kerja hanya sekadar menjadi ojek cinta.

Aku bahagia ketika skripsimu sudah rampung. Dengan wajah berbinar-binar ku buka setiap halaman tugas akhirmu. Hingga sampai di lembaran ucapan terimakasih. Mataku haru melihat namaku tertulis di skripsimu. Kata terindah yang pernah aku baca.

Tiga hari menjelang wisudamu, waktu tak memberikanku kesempatan untuk sekadar bertatap muka. Sudah terlalu sering izin tak bekerja. Aku punya rencana setelah engkau lulus wisuda ingin segera menjadikanmu istriku. Tabunganku nampak sudah cukup untuk membangun bahtera cinta kita

Kelak aku akan membeli rumah sederhana dengan cat merah muda seperti warna yang kau suka. Di depan terdapat kolam kecil dengan belasan ikan koi. Bukankah kau senang berlama-lam di kolam ikan. Melemparkan pakan lalu bersorak ketika beberapa ikan memakan umpan yang kau lempar. Saat itu kau seperti gadis kecil yang ingin senantiasa aku jaga.

Semenjak engkau merampungkan skripsi tak pernah lagi menghubungiku. Aku berusaha berpikir positif, mungkin engkau larut dalam euforia bahagia atau berbagi kebahagiaan dengan teman seperjuangan. Hingga menjelang hari bahagia, engkau tak mengabari aku sedikit pun. Ah sayang dirimu memang peramal paling cantik, tanpa dikabari sekalipun kau sudah menduga aku pasti akan datang.

Langit hari itu begitu cerah. Aku sibuk mencari pakaian paling mewah. Jas hitam dengan dasi warna merah sudah aku kenakan. Terbayang betapa kagetnya kamu melihatku serapi ini. Biasanya aku bersamamu dengan pakaian seadanya. Kaos polos berpasangan jin lusuh. Di hari istimewa, aku tak boleh berpenampilan seadanya. Sengaja menyewa mobil untuk menjaga penampilan ini tetap rapi sekaligus agar kau tak malu mengenalkanku dengan teman-temanmu.

Setelah berjibaku menerjang kemacetan akhirnya aku tiba di depan gedung tempat engkau wisuda. Tampak ramai dengan berbagai orang yang larut dalam kebahagiaan, namun sayang aku datang terlambat. Terpaksa kehilangan momen di saat engkau berjalan ke podium menyalami setiap dosen yang sempat kau buru tanda tangannya. Beberapa saat aku menunggu sembari memegang buket bunga yang kau suka. Belasan mawar putih sudah siap aku serahkan kepadamu.

Dari kejauhan terlihat engaku begitu cantik dengan balutan toga. Rona bahagia terpancar jelas diwajahmu. Setengah berlari aku hendak menghampirimu. Ingin rasanya memegang tanganmu lalu memberikan bunga pertanda rasa bahagia yang sama. Sayang sungguh sayang, aku telat lagi. Seorang pria dengan jas lebih mewah tepat berada dibelakangmu lalu memegang tangan mungil itu begitu erat. Engkau melangkah ke arahku tanpa sepatah kata lalu pergi tanpa menyapa.

Dua bulan setelah itu. Aku sekarang berada di tempat yang sering kita kunjungi, perpustakaan kampusmu. Diri ini masih hafal buku mana saja yang pernah engkau baca. Satu persatu aku pegang, buku yang juga pernah engkau pegang. Hingga sampai di rak yang menampung deretan tugas akhir mahasiswa. Tak perlu waktu lama untuk menemukan skripsimu. Aku buka halaman demi halaman persis seperti dulu. Tak ada yang berbeda kecuali namaku yang hilang dari skripsimu. Bukan hanya tugas akhirmu yang engkau revisi, tapi juga aku yang engkau ganti.

6 comments

  1. Efek nggak bisa datang diacara wisuda dik ci...jadi cerita..ku acungi jempol..

    ReplyDelete
  2. Efek nggak bisa datang diacara wisuda dik ci...jadi cerita..ku acungi jempol..

    ReplyDelete
  3. Hhaaa... Ngenesnya berlebihan deh..

    ReplyDelete
  4. Yaaahh, nggak jadi hepi ending,. Huhuhu

    ReplyDelete
  5. hiks....tega nian dirimu,dinda

    ReplyDelete