Dahulu Vs kini

Kenangan itu kembali menghampiri. Menikam uluh hati tepat dititik vital kini. Aku terniang kebiasaan indah masa lalu. Dulu sebelum pasukan malas menyerang, menulis sudah menjadi kebutuhan primer. Ada yang kurang jika tidak mengoreskan pena, eh tepatnya menekan tombol-tombol berisikan deretan alfabet.

Sekarang kebiasaan itu tergerus jutaan alasan. Malas, banyak kegiatan bahkan bayangan si dia pun turut disalahkan. Duh kasihan si dia menjadi kambing guling dalam keengganan menulis. Maksudnya kambing hitam. Maklum menulis ini sembari membayangkan kambing bakar. Enak sepertinya makan kambing disertai jus alpukat.

Ah, kan aku mau menulis malah gagal fokus bahas makanan. Kembali pada bahasan utama deh. Sejujurnya hampir sebulan lebih aku cuti dalam dunia kepenulisan. Bukan cuti melahirkan loh tapi cuti karena terserang penyakit. Menurut dokter spesialis kealayan, aku terserang penyakit galaunisme. Galaunisme ialah keadaan di mana seseorang merasa waktu 24 jam tidak cukup sedangkan banyak kegiatan yang harus diselesaikan.

Tak hanya terserang pengakit galaunisme, dokter spesialis yang ternyata adalah aku sendiri, memvonis bahwa diri ini terserang penyakit komplikasi. Galaunisme tingkat lanjut bergabung dengan lelahisme. Lelahisme ialah keadaan di saat pulang ke rumah malas melakukan apapun. Mungkin, kalau tak bernapas tidak menyebabkan kematian, aku pun akan malas bernapas.

Dalam sebuah hadist, Nabi Muhammad SAW sempat berdoa agar dijauhkan dari rasa malas. Memang benar malas menggerogoti berbagai sendi kreativitas. Membekukan otak hingga seperti es batu. Keras sekali untuk sekadar membuka aplikasi word. Dengan ucapan basmalah serta kekuatan super layaknya Bima X, aku ingin memaksakan diri untuk menuangkan keresahan hati dalam bentuk tulisan.

Malu rasanya bila mengingat masa lalu. Aku yang masih bersemangat menulis bahkan lebih sering menulis daripada jajan (padahal alasan saja tidak punya uang). Kini bertolak belakang, menulis ibarat mengangkat seekor bebek.

"Bentar lang, bukannya bebek itu ringan? "

Siapa bilang bebek ringan. Bebek itu berat karena bebek yang aku maksud sedang naik kereta. Untuk saat ini menulis ibarat mengangkat kereta, sangat berat. Ingin rasanya menjadi hercules yang mampu mengangkat beban ribuan ton. Aku juga harus bisa menjadi super hero dengan tugas membasmi rasa malas. kenangan saat giat menulis tidak hanya kenangan tetapi sudah menjadi visi ke depan. Semangat menulis, mari buat catatan untuk anak cucu kita bahwa nenek moyangnya pernah alay, eh maksudnya pernah menulis.

5 comments