Di suruh istirahat

Sudah hampir seminggu kepala serasa di kelilingi burung-burung. Mereka mengitari kepala hingga pusing yang kurasa. Memang benar, ketika sakit beberapa kenikmatan di cabut salah satunya kenikmatan makanan. Sebelum sakit, dihidangkan daging ayam sudah pasti akan semangat sekali makan bahkan tak jarang nambah beberapa kali #eh.

Itu semua tidak berlaku ketika aku merasa sakit. Di hidangkan daging hanya melirik persis seperti kucing zaman sekarang yang di kasih tulang terkesan tak berselera, biasa efek globalisasi merambat ke kucing. Nafsu makan menurun drastis walhasil kata mamah kok aku terlihat sedikit kurusan. Di sisi lain senang di bilang kurus namun di sisi lain juga khawatir mulai keteteran beberapa kegiatan.

Hari ini aku izin tidak mengajar karena demam makin terasa. Seluruh badan mengigil, rasanya tak kuat untuk pergi ke sekolah yang lumayan jauh jaraknya. Padahal di sekolah itu sedang persiapan ujian nasional berbasis komputer. Berasa dosa tidak masuk sekolah.

Setali tiga uang dengan skripsi. Kasihan dia sudah lama tak tersentuh. Mungkin kalau skripsi bisa bicara dia akan merasa terabaikan, ah begitu kejam diriku. Di sisi lain sakit pun memberikan pelajaran bahwa nikmat sehat yang diberikan Allah itu begitu berharga. Berbicara skripsi jadi inget perkataan seorang teman

"Menunda skripsi sama dengan menunda nikah"

eh padahal syarat nikah hanya S.I.S.W.A bukan siswa anak sekolah tapi siswa itu suami, istri, saksi, wali dan akad. Nggak ada harus sarjana, eh kok jadi ngelantur ke nikah. Pokoknya aku ingin cepat sembuh banyak kewajiban yang harus diselesaikan.

2 comments