Dilema Asmara Dua Dunia




Akhirnya aku tiba juga di sebuah pantai Tanjung gundul, sebuah pantai yang terletak di Kabupaten Bengkayang Kalimantan Barat. Pantai ini amat indah dan amat eksotik, selain banyak terdapat pohon-pohon kelapa yang tinggi, Kuliner laut, dan berbagai macam hewan pantai lainnya.


Ya, Hari ini aku ingin melakukan refreshing. Agar aku mendapatkan ide-ide yang bagus untuk novelku. Aku tak dapat menemukan ide – ide yang baik ketika aku berada di kota. Sebab suasana di kota amat terasa ribut, dan membuatku amat terasa risih.


Sebenarnya ini adalah kali kedua bagi diriku bermain di pantai ini. Sebelumnya sekitar tiga tahun yang lalu, tepatnya ketika aku duduk di bangku SMU dalam rangka kegiatan kepramukaan.


Jujur, kuakui aku telah berkunjung ke berbagai pantai di seluruh Indonesia, bahkan aku pernah mengunjungi pantai Kuta di bali, Parangtritis di Jogja. Entah kenapa aku malah jatuh cinta akan pantai tanjung gundul ini.

Pantai bagiku adalah suatu tempat yang indah, dimana banyak pohon-pohon kelapa dengan daunnya yang menari di tiup angin. Suara gemuruh ombak menyanyikan simfoni kehidupan, burung-burung diudara yang tak kumengerti bahasanya namun kupahami maksud pembicaraanya. Karena mereka membicarakan alam yang begitu indah. Hal ini tidak pernah kutemui di tempat lain Kota misalnya, atau gunung misalnya. Karena aku tidak begitu suka melakukan penjelajahan gunung. Seperti biasa setiap Aku berada dipantai, aku selalu pesan kamar di sebuah penginapan kecil yang tak jauh berada lokasinya disekitar pantai.

------oooOOOooo-----

Malam harinya, aku berjalan di tepian pantai, karena aku ingin merasakan hembusan angin malam dan suara gemuruh ombak yang seolah-olah memanggil namaku. Mungkin dengan cara inilah aku bisa menemukan ide-ide yang cemerlang untuk karya sastraku.
Ketika aku berjalan di tepian pantai secara tanpa kusadari aku melihat sesosok wanita cantik, wanita itu bermain-main air di tepi laut.

“Ah, siapa itu” begitulah pikirku kala itu
“Mungkinkah dia adalah sosok makhluk halus penunggu pantai ini ?”
Jujur saja, Aku tak begitu percaya dengan cerita-cerita Hoax seperti munculnya kuntilanak, Pocong, dan lain sebagainya yang bisa membunuh manusia, aku hanya percaya bahwa mereka adalah makhluk lain selain manusia, mereka adalah jelmaan dari Jin. Seperti hewan biasa, atau seperti manusia mereka tidak akan membunuh atau menyakiti manusia seandainya mereka tidak disakiti. Atau mungkin saja dia adalah salah satu anggota rombongan mahasiswa yang sedang melakukan perkemahan di pantai tanjung gundul, mengingat selain diriku terdapat sebuah rombongan mahasiswa yang melakukan perkemahan di pantai itu.

Dengan keyakinan seperti itulah aku memberanikan diri untuk mencoba berkenalan dengannya
“Ehm, Mbak maaf ini sudah malam mengapa masih bermain di pantai seperti ini” tanganku mencolek lengannya
Wanita berbaju hijau dan memiliki senyum yang manis itu lantas berkata
“Ah, gak kok, biasalah sedang mencari keong”
“Mencari keong kok malam-malam, gak takut ya dijepit kepiting, takutnya bukan keong yang dapat malah kepiting, boro-boro kepiting kalo dapatnya ikan hiu yang terdampar gimana, bukannya lebih enak kalo mencarinya siang hari”
Wanita itu hanya tersenyum

“Oh ya kenalkan namaku Carlos Widyanata, tapi aku lebih sering dipanggil Bobo, karena aku sering baca bobo” candaku
“Namaku Dian” jawabnya singkat

------oooOOOooo-----

Matahari baru saja bangun dari tidurnya, seiring suara bunyi ayam yang berteriak membangunkan jiwa yang terlelap, menandakan hari ini telah pagi.
Sebagian orang mungkin masih terbuai dengan alam mimpinya, sebagian orang mungkin telah tersadar dari mimpi yang bersifat semu. Mungkin aku termasuk pada pilihan kedua. Karena aku baru saja terbangun dari mimpiku.
Seperti biasa setiap aku bangun pagi, aku selalu melakukan senam pagi, Lari-lari kecil disekitar pantai. Ya hal ini bertujuan untuk tubuhku, agar tubuhku menjadi sehat. Sejak kecil aku sering melakukan olahraga.
Aku bertemu dengan Dian lagi, ketika aku melakukan lari pagi, saat itu ia sedang bermain air di tepian pantai.

“Hi” sapaku sambil melambaikan tangan.
Dia hanya tersenyum manis.
Kucoba kembali untuk berbicara dengannya, dan mendekatinya namun aku hanya duduk di tepian pantai tepatnya di atas sebuah perahu nelayan yang tidak digunakan. Lalu aku kasi dia isyarat tangan agar dia dekat denganku. Lalu dia mendekatiku dan duduk di sampingku
“Ehm, teman-temanmu mana, kamu cewek yang semalam itu kan”
“Iya, kamu cowok yang semalam itu kan” sahutnya
“Kamu belum jawab pertanyaanku”

“Pertanyaan yang mana” Jawabanya dengan nada yang sedikit menggoda
“Teman-temanmu, apa kamu gak tersesat”
“Aku tinggal disini kok, tu diatas rumahku, gak jauh kok dari sini”
“Oh Ya” jawabku dengan mengangguk
“Kamu sendiri gimana”
“Aku, tinggal di kota, aku seorang penulis novel, Tau Novel gak”
“Ehm Novel Bukannya abis agustus itu Novel”
Aku hanya tersenyum
“Itu November kaleeee, Kamu udah makan belum, kalo belum yuk kita ke penginapanku”
“Belum, yuk”

Kami kembali kepenginapan, lalu aku pesan dua porsi nasi goreng di temani dua gelas es kelapa muda.
Tiba-tiba sang pelayan bertanya kepadaku
“Maaf mas, pesan dua nasi goreng dua porsi satunya lagi punya siapa mas ?” Tanyanya
“Ehm, buat teman saya”

“Maaf mas, Dari tadi saya tidak melihat siapa selain mas sendiri”
“Aneh” Aku mengerenyitkan dahi, Dian menghilang dari pandanganku,
“Ah, Mungkin dia sedang ke wc” pikirku
“Ehm, gak apa pesan dua porsi aja”
Pelayan lalu pergi berlalu meninggalkanku

Tak Lama kemudian aku melihat Dian pergi mendekatiku, lalu duduk didepanku
“Ehm, habis dari WC ya”
Dian hanya mengangguk
“Ya Ampun” Aku sambil tertawa


------oooOOOooo-----


Tak terasa telah seminggu lamanya aku berada di pantai ini. Dan selama itu pulalah aku mengenalnya, secara tanpa kusadari mungkin aku jatuh cinta dengannya.
Suatu hari aku bertanya kepadanya
“Dian aku udah seminggu lamanya mengenalmu, aku boleh tahu gak rumahmu dimana, letak rumahmu dimana”
“Rumahku diatas bumi dibawah langit” jawabnya


“Dian, aku serius aku ingin mengenal keluargamu, jujur aku sepertinya mencintaimu”
“Maaf, Bo aku tak bisa memberitahumu sekarang, dan janganlah kamu mengenal keluargamu, sebab”
“Sebab apa, kamu dijodohkan” tanyaku
“Iya, seperti itulah” Kelihatannya dia amat sedih
“Dian, takkan ada yang mampu menandingi kekuatan cinta yang telah aku berikan kepadamu, pernahkah kamu lihat Ombak menerjang batu karang yang besar, sebesar itulah cintaku kepadamu”
“Bukan seperti itu Bo” jawabnya singkat
 
Lalu dia berlalu meninggalkanku
“Ya Tuhan, apa salah ucapanku tadi” kataku dalam hati


------oooOOOooo-----


Sejak saat itulah sepertinya aku tak lagi melihatnya. Hatiku terasa sakit mengenang segala kenangan indahku dengannya. Setiap hari aku hanya duduk di pinggiran pantai. Seperti orang yang kelihatan bodoh.
Hingga pada suatu hari ketika aku duduk di pinggiran pantai, datanglah seorang orang yang telah tua. Dan entah darimana datangnya dia datang kepadaku
“Anak muda” katanya sambil menepuk bahuku
“Maaf, Bapak siapa” tanyaku
 
“Saya adalah dukun di pantai ini kenalkan nama saya Paijo”
“Lantas hubungan dengan saya apa pak” tanyaku
“Anak muda, saya tahu kamu mencintai kuntilanak”
“Orang Tua Gila, Kau pikir aku sudah gila apa mencintai makhluk halus seperti itu” pikirku
“Saya tahu kamu hendak mengatakan saya gila”
“Hebat benar” begitu pikirku
“Saya tidak begitu hebat, saya hanyalah manusia biasa”
“Siapa dukun ini mengapa dia tahu apa yang hendak aku bicarakan” kataku dalam hati
“Sudah saya bilang saya hanyalah seorang dukun”
“Lantas, maksud bapak apa” Tanyaku

“Anak muda, wanita yang kamu cintai itu adalah Kuntilanak, Dian itu bukan manusia, kamu pernah menanyakan keluarganya bukan, hal itu membuat dia sedih. Dia sebenarnya mencintai kamu, dan dia ingin memiliki teman manusia, namun hal itu tidak mungkin”
Aku hanya mengangguk, sedih hatiku mendengarnya

“Sekarang kalau kamu ingin menangis, menangislah sepuas hatimu, sebab mungkin setelah ini kamu takkan lagi menemuinya”
Tak terasa air mataku keluar dari pelupuk kelopak mataku
“Tiga tahun yang lalu, di pantai ini terdapat mayat wanita yang tewas karena di perkosa oleh pacarnya. Wanita itu bernama Dian, Lima hari setelah kematiannya dian bangkit dan menjadi kuntilanak, lantas dia membunuh pacarnya dengan cara menakutinya, namun dia tak tahu cara pulang ke alam kubur, meskipun tulangnya telah di kuburkan dengan tenang”
Aku mendengarkan dengan seksama

“Mengapa bisa begitu pak” tanyaku sambil menyeka air mata
“Karena dia tengah dalam keadaan hamil, dalam bahasa kami disebut dengan Puntianak atau Buntinganak. Itulah istilah kuntilanak pertama kali diucapkan, dan arwahnya takkan pernah tenang”
“Apakah dia bisa kembali menjadi manusia” Tanyaku
“Bisa, tapi apakah kau mencintainya dengan tulus”
“Iya”

“Sebab dia telah dijodohkan dengan Gromo sesosok Genderuwo penunggu pantai ini. Dia tidak mencintai Gromo, Namun Gromo amat mencintainya, Gromo itu adalah makhluk jahat dan buas, Aku sarankan kamu anak muda berhati-hatilah dengan Gromo selama kamu di hutan ini.”

------oooOOOooo-----

Bagaimana kelanjutan hubungan Dian dan Bobo, Berhasilkah sosok kuntilanak mencintai manusia ? Lalu apakah Bobo memilih untuk mencintai manusia, dan tetap setia kepada Dian ? Bagaimana perasaan Dian ketika Bobo mengetahui siapa jati dirinya ?

Post a Comment