Kepingan Rasa Puzzle 23

Puzzle sebelumnya di sini

Sudah kesekian kali mendapatkan hukuman seperti ini. Mungkin guru-guru juga mulai lelah menghukumku. Laksana obat yang dimakan tiga kali sehari, akupun sama hampir setiap minggu mendapatkan hukuman. Sehari lalu dihukum membersihkan WC, kali ini disuruh ke luar kelas. Ah, guru-guru di sekolah memang terlalu sayang seperti mamah yang selalu saja ngomel ketika aku berbuat salah.

Kali ini berbeda, aku dihukum demi cinta. Usulan Romeo sejauh ini berjalan lancar. Cili panik karena bukunya hilang, lalu aku datang laksana pahlawan memberikan buku pengganti. Cocok sekali untuk mencari simpati. Entah sinetron apa yang Romeo tonton hingga ide gila nan lebay itu mampu terlahir dari kepalanya.

Tiga puluh menit lalu.

"Gilang, mana bukumu ?" Pak Arif menatap dengan tajam.

"Belum ada Pak," Aku pura-pura mencari di dalam tas.

"Belum ada ?" Tatapan Pak Arif seperti nuklir yang siap menghantamku kapan saja.

"Sepertinya tertinggal di rumah Pak," Aku berakting dengan memasang wajah bersalah tanda menyesal.

"Kamu sebelum berangkat sekolah minta uang ke orangtua ?" Wajah Pak Arif berubah ramah.

"Tentu Pak, kalau nggak minta uang nanti nggak bisa jajan," Kali ini aku mencoba tersenyum.

"Minta uang saja nggak lupa, harusnya bawa buku juga jangan lupa." Aku menunduk.

"Kamu, Pake celana Lang ? " Pak Arif kembali bertanya.

"Tentu Pak," Kali ini sedikit kebingungan dengan pertanyaan Pak Arif.

"Pake celana aja nggak lupa harusnya bawa buku juga nggak lupa," Pak Arif bicara tegas

Hampir semua siswa tertawa termasuk Romeo yang merencanakan ini semua. Di balik semua orang yang menertawakan kecerobohan bohonganku. Ada seorang gadis yang nampak bersedih atas kejadian ini semua, tentu dia adalah Cili.

Akhirnya Pak Arif menyuruhku menunggu di luar hingga pelajarannya selesai. Ini semua sesuai dengan kesepakatan yang telah dibuat oleh Pak Arif diawal semester. Dari seluruh hukuman yang pernah aku terima, ini adalah hukuman terindah yang pernah aku terima. Aku melihat dari jendela, Cili nampaknya begitu khawatir.

2 comments