Aku Ternoda

Aku putih belum ternoda, sama dengan saudara-saudaraku lainnya. Tak pernah sedikitpun terbersit peristiwa mengenaskan akan terjadi.

Di sore hari, di saat kami sedang bercengkrama satu dengan yang lainnya. Mobil box datang, dia menyerahkan beberapa lembar uang kepada ibu kami. Ibu tampak bahagia menerima uang tersebut, sudah barang tentu kami juga.

Kebahagiaan hanya berlangsung sesaat. Pria itu menggiring kami ke dalam mobil box dengan kasar. Dalam kehening malam, peristiwa yang tak layak diceritakan terjadi. Baju kami di sobek kemudian dimasukkan ke dalam ruangan sempit. Ya Tuhan, aku tahu yang akan terjadi. Mereka akan menodai kami.

Beberapa detik berlalu, kami sudah berada di dalam ruang sempit. Aku tahu apa yang akan mereka lakukan. Mereka sibuk di depan komputer dengan sesekali menatap kami. Aku bisa tahu, di wajah keji mereka tersimpan kebahagiaan luarbiasa.

Mereka mengakhiri menatap komputer, lalu beralih menatap kami penuh nafsu. Satu-satu persatu saudaraku dinodai. Hingga giliran terakhir aku. Mereka menatap puas. Ya Tuhan aku telah ternoda. Mereka berbisik ke arahku.

"Alhamdulillah, ngeprint revisian skripsi beres."

2 comments