Pertemuan

Jarak rumahku ke pusat kota Bandung berkisar 2-2,5 jam perjalanan memakai motor, tapi daerahku masih Bandung hanya saja dengan embel-embel barat. Iya, aku ditinggal di ujung kabupaten Bandung barat. Tentu walikotanya bukan Pak Ridwal Kamil. Daerahku di pimpin oleh seorang Bupati. Ketika mempunyai teman di luar Bandung, aga sulit menjelaskan tempatku tinggal. Seringkali memilih cara singkat ketika ada pertanyaan ini

"Lang, tinggal di mana ?"

"Di mana pun asal ada kamu,"

"Yang bener Lang ? " Sambil membawa pisau.

"Eh, Di Bandung."

Sebagian orang pasti menyimpulkan aku tinggal di Bandung yang setiap hari berkutat dengan hiruk-pikuk kota, nyatanya tidak. Bandung raya sebenarnya di bagi 4 Kabupaten/Kota yaitu Kota Bandung, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, nah yang terakhir adalah tempat tinggalku.

Di suatu hari aku harus mememui seseorang yang ingin sekali kutemui. Kami memutuskan untuk bertemu pukul 6 pagi di hotel Cihampelas, tempatnya menginap. Tentu Cihampelas bukan jarak yang dekat. Semalam sebelum bertemu susah tidur terasa padahal besok aku berangkat subuh. Oh ini mungkin yang namanya deg-degan.

Sesudah salat subuh, aku pacu motor menuju titik lokasi. Selama perjalanan banyak melamun berbagai hal. Dari ingin cepat wisuda, hingga berkhayal menikahi seorang gadis berwujud dia. Tak terasa selama melamun perjalanan ini akhirnya tuntas.

Di depan hotel yang masih sepi, aku meraih HP untuk mengabarinya bahwa aku sudah tiba.

"Aku udah sampai."

"Di mana ?"

"Di pelamin, yuk penghulu udah nunggu,"

"Eh," dia kaget.

"Aku di bawah nunggu,"

Menit demi menit berlalu begitu lambat. Rasanya tak sabar ingin segera bertemu.
Dari hotel cihampelas, aku lihat seorang gadis berkacamata dan berhijab membawa tas yang lumayan berat. Awalnya mengira dia pembawa acara My trip My adventure versi islami eh ternyata bukan. Dia seseorang yang ingin sekali kutemui.

"Assalamu'alikum," seruku.

"Walaikumsalam," jawabku

"Dedek ?" seruku tak percaya.

"Bukan, aku siluman serigala."

Okey untuk percakapan tidak diceritakan, soalnya rahasia banget. Sesudah itu kami berkeliling Bandung, katanya Bandung itu dingin. tapi menurutku biasa saja malah lebih dingin daerahku. Selama perjalanan menuju beberapa tempat kami bercerita berbagai hal dari yang tidak penting hingga yang tidak penting sekali. Sayang pertemuan kami hanya beberapa jam. Dia harus kembali ke tempatnya lagi.

Esok harinya, aku kembali mengajar. Suasana kantor sedikit berbeda. Kali ini guru-guru berbisik-bisik.

"Kemarin, izin ke mana Panik (panggilanku di sekolah),"

"Ke suatu tempat yang sangat penting, maaf kemarin izin soalnya ini masalah penting banget."

"Oh foto iniyah yang penting banget ?," Dia menunjukan foto yang aku ambil ketika bersama gadis berkacamata.

"Panik kencan yah kemarin ? hingga lupa ngajar." Dia memasang wajah curiga.

"Bukan, bukan hanya ketemu bisa."

"Jangan berbohong, cieee."

Seketika aku menjadi korban bully, tak apalah bully yang menyenangkan.

3 comments

  1. Hahaha...ini pertemuan dengan cili bukan?

    ReplyDelete
  2. Cie cieeee ....
    Udah berani nyebut pelaminan ...
    Selamat dech, semoga jadi keluarga Samawa.
    Eh, ..

    ReplyDelete