Bukan Seberapa Lama

kehidupan di dunia punya batas waktu, tak mungkin kekal di dalamnya seperti kenangan mantan. Banyak sekali yang meninggal di usia muda, sebagai contoh nyata seperti sahabatku. Usianya masih 22 tahun, ia baru lulus pelatihan sebagai TNI di kesatuan komando pasukan khusus atau yang lebih dikenal dengan KOPASUS.

Secara riwayat kesehatan yang aku amati, ia selalu menjaga kesehatannya dengan cara berolahraga seperti tergabung dalam komunitas beladiri, aku pun pernah berlatihan bersamanya. Memang staminanya luarbiasa. Namun waktu berkata lain secara tak di duga ia mengidap penyakit yang detailnya aku kurang tahu. Ia meninggal setelah dilakukan operasi pada salah satu bagian tubuhnya.

Umur memang tidak pernah ada yang tahu kecuali Tuhan sebagai pencipta manusia. Terkadang orang yang sakit memiliki jatah hidup lebih lama dibanding orang sehat yang tiba-tiba meninggal. Maut tak pernah mengenal batasan usia, tua atau muda siap dijemput olehnya. Cara terbaik menyiapkan diri ialah menjadi sebaik-baiknya manusia seperti dalam sebuah hadist
(khoirunnas anfa'uhum linnas). 
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Akan percuma bila seseorang diberikan jatah hidup lebih dari 100 tahun tapi nilai manfaat bagi orang lainnya minim. berbeda dengan beberapa nabi yang diberikan umur pendek oleh allah namun kebaikannya masih dikenang hingga kini. Nabi Sulaiman AS yang meninggal di usia 52 tahun, tergolong muda pada masa itu, di mana umur manusia masih berkisar ratusan tahun. Nabi Muhammad pun meninggal di usia yang terbilang tidak terlalu tua, 63 tahun tetapi jasanya akan selalu terkenang hingga akhir zaman.

Sesungguhnya arti kehidupan bukan seberapa lama ia tinggal di dunia namun seberapa bermanfaatnya bagi orang lain. Kunang-kunang hanya punya jatah umur sehari tapi dikenang sebagai penerang saat gelap datang.

3 comments