Cinta Dua Penulis Part 2

Pagi hari sudah ku dapati handphoneku kelelahan dengan sisa tenaganya berwarna merah. Wajar saja tiap malam ia menjadi teman paling setia menyampaikan ribuan terpaan kerinduan yang menghujam dada. Bandung dan tempatku berada cukup jauh berkisar 550 KM atau jika dikonversi dengan waktu berdasakan asumsi tanpa kemacetan saja menyentuh angka 9 jam.

Namun jarak tak berarti apa-apa bagiku meski diawal merasa cemas, deretan keraguan selalu meragu dapatkan ia menjaga makna setia sebelum bertatap muka lalu mengungkap janji menjadi selalu bersama hingga maut memisahkan kita. Entah kenapa setiap kali bertukar kata dengannya aku seolah menjelma bidadari yang selalu ia kagumi dari kaki hingga ujung peniti jilbabku.

Seandainya Aa tahu aku tak sempurna seperti yang Aa sering ucapkan. Aku hanya wanita biasa dengan berbagai titik lemah yang mungkin engkau tak suka di saat kita bersua. Kelemahan paling kentara dalam diriku, entah kenapa selalu jatuh cinta oleh setiap kata yang engkau goreskan. Aa juga harus tahu sering kali wajahku memerah oleh segala tingkahmu. Terakhir kau ciptakan lagu yang hanya untukmu. Andai Aa bisa melihat wajahku sudah seperti udang rebus.

Aku tahu Aa tak mau hubungan ini tak menentu, tapi jangan nekad mengorbankan perjuanganmu di sana hanya untuk bertemu aku. Entah sudah berapa kali aku berkata tuntaskan kuliahmu lalu kita bertemu. Aku tak mengerti lelaki macam apa yang nekad membeli tiket kereta Bandung-Solo hanya sekedar membuktikan bahwa engkau sangat ingin bertatap muka. Aku tak mau bertemu bila kau datang hanya untuk pergi kembali. Aku mau engkau datang dan membawaku ke Bandung menjadikanku supervisior yang mengawasi segala tingkah lelaki nakalku, Aku mau engkau memanggilku Bunda ketika berkata di depan anak kita.

14 comments