Akad

Bila nanti saatnya telah tiba
Kuingin kau menjadi istriku
Berjalan bersamamu dalam teriknya hujan
Berlarian kesana-kemari dan tertawa

Itulah lirik lagu "Akad" yang sering aku putar selama seminggu ini. Lagu itu membawaku terbang ke dunia khayal, seolah sedang melamar seorang gadis berbaju putih, tentu dengan punggung yang tidak bolong.

Aku mengucapkan "Saya terima nikahnya" dengan satu tarikan napas, sayang itu hanya bayangan. Buktinya aku masih betah dalam sekoci mengarungi samudra kehidupan sendirian.

Berbicara samudra, kata mamah menikah itu ibarat berlayar berdua, eh ada yang berlima juga, Istrinya empat 😂 . Tentu akan ada ombak bahkan badai yang menerpa, kerjasama adalah kunci agar kapal tetap berlayar. lain hal ketika sesama "kru" berbeda tujuan, kapal akan koyak dan mereka kembali memakai sekoci dengan arah yang berbeda.

Nikah tidak cukup dengan ucapan "sayang" dan panggilan "Ayah, Bunda" Nikah itu perlu kesiapan, komitmen dan dana. Ah jadi ingat sebuah peribahasa bijak yang berbunyi "Nikah itu mahal apalagi pakai dangdut" pakai rendang dan gulai kambing juga deh biar kenyang. 😂😂

1 comment