Markas Taruna

Tak terasa tahun ketiga menjadi pengawas ujian nasional, padahal 4 tahun lalu masih berstatus jomblo, eh maksudnya masih berstatus peserta UN. Memang waktu melesat begitu cepat, rasanya baru kemarin menghadapi UN dengan posisi duduk paling belakang. Ironisnya di sampingku adalah tong sampah. Mungkin itu yang menyebabkan konsentrasi menurun sehingga lembar jawaban UN sobek. Aku kira dulu nggak bakal lulus karena kertasnya sobek. Kalau inget zaman itu begitu mendebarkan.

Di blog ini juga aku menuliskan pengalaman mengawas tahun lalu. Nah, kali ini juga sama. Rekaman kenangan akan aku tuliskan. Jika tahun lalu hal uniknya adalah mengawas dengan ibu guru yang cantik padahal sudah punya suami bahkan sedang mengandung, kali ini berbeda. Aku ditempatkan mengawas di sekolah berbasis semi militer, SMK Taruna Nusantara Jaya namanya. SMK yang menerapkan pendidikan serupa seperti SMA Taruna Nusantara Magelang, SMA yang dikenal sebagai pencetak para Jenderal.

Awal masuk gerbang, aku disambut seorang anak lelaki yang berbadan tegap plus berbaju laksana komandan marching band. Dia memberi hormat, eh kenapa memberi hormat nggak memberi uang aja biar bisa jajan baso. Dia menemaniku menuju ruang pengawas. Duh, merasa jadi Presiden yang sedang dikawal Paspampres. Sesampainya di sana dia memberi hormat lalu izin pergi ke tempat semula.

Baru saja sampai di depan pintu ruang pengawas, ada seorang siswi menyambut. Dia berpakaian laksana pramusaji restoran yang mempersilakanku untuk duduk di kursi yang telah disediakan. Setelah duduk dia bertanya

"Mau minum apa Pak ?" Sembari diiringi senyuman.

"Air zamzam ada ?" Aku menjawab ngasal.

"Maaf tidak ada apa," Dia nampak kebingungan.

"Yaudah air keran aja," kali ini aku tertawa.

Dia masih nampak kebingungan.

"Jangan bingung Neng, air teh aja."

Dia bergegas mengambil air teh yang aku minta lalu dengan cekatan menyajikannya. Beberapa menit menunggu, pengawas lain datang disertai beberapa panitia yang langsung memberikan arahan mengenai teknis pengawasan.

Bel pun berbunyi, para pengawas bergegas menuju ruangannya masing-masing. Kebetulan di hari pertama kebagian mengawas ruangan 3. Ketika masuk disambut oleh siswa yang berpenampilan tegap serta berambut plontos sedangkan siswinya memakai celana abu, tidak seperti siswi biasanya yang memakai rok.

Terlebih dahulu aku mengucapkan salam, serentak siswa menjawabnya. Tiba-tiba seorang dari mereka maju kedepan lalu berdiri tegak memberikan laporan bahwa ujian nasional siap dimulai sambil memberi hormat. Ah, seperti sedang upacara saja.
Setelah ritual hormat-mengormati selesai, sekarang giliranku membacakan tata tertib UN. Di setiap poin tata tertib, mereka selalu menjawab "Siap, Laksanakan". Aku coba menjahili dengan membuat tata tertib rekaan.

"Tata tertib terakhir, peserta Ujian Nasional harus dalam keadaan jomblo ketika mengisi soal."

Mereka menjawab "Siap, laksanakan," lalu tak berselang lama beberapa dari mereka tertawa.

Pengalaman baru. Mengawas Ujian Nasional serasa jadi pembina upacara.

2 comments