Kepingan Rasa Puzzle 31

Puzzle sebelumnya di sini

Hari pertama menjalani skorsing. Rasanya serba salah, semembosankannya sekolah lebih bosan lagi hidup dalam kepura-puraan. Pukul 7 pagi sudah siap dengan atribut putih abu, mamah berhasil dikelabui tentang masalah skorsing ini. Akan tetapi masalah belum selesai sampai di sini. Apakah yang harus aku lakukan selama masa skorsing ?

Baru lima menit berpikir muncul beberapa ide. Bagaimana kalau jualan tahu bulat ? ide itu muncul seketika namun kembali kandas. Baru tersadar bahwa diri ini tidak berbakat dalam bidang memasak, dalam beberapa kali percobaan masak nasi goreng pun sering gagal apalagi jika berjualan tahu bulat, bisa-bisa tahunya tidak berbentuk bulat lagi kalau aku yang masak.

Merasa akan gagal dengan rencana jualan tahu bulat, aku masih punya stock rencana lain. Kali ini rasanya akan berhasil. Lumayan selama menjalani hukuman skorsing bisa menghasilkan uang. Tak mau lama-lama berkutat dengan ide tanpa realisasi. Bergegas ke kamar mencari benda yang kali laksana senapan bagi seorang pemburu.

"Lang, ngapain kamu bawa ukulele ?" mamah memasang wajah heran.

"Ini untuk latihan kesenian Mah," Aku terpaksa berbohong lagi.

Memang benar kata peribahasa zaman dulu, Kebohongan akan selalu ditutupi dengan kebohongan lainnya. Entah sudah berapa ton dosaku terhadap mamah.
Semoga mamah selalu memaafkan anaknya, jangan sampai aku bernasib seperti Sangkuriang yang dikutuk jadi batu, eh beneran yang dikutuk jadi batu itu Sangkuriang atau si Kancil. Entahlah itu tidak penting.

Kali ini langkah kakiku tidak menuju ke sekolah namun berbelok ke pom bensin. Aku mau berganti kostum. Tak mau ada yang tahu bahwa seorang Gilang beralih profesi. Bisa-bisa aku jadi bahan bully Romeo.

"Eh Romeo sedang ngapain yah ? ah paling lagi jajan di kantin terus kepedesan gara-gara makan cabai pake tangan kiri." gumamku.

Taraaa, aku telah tampil dengan style-an pengamen profesional. Bergayakan kacamata hitam dan kombinasi wig, aku menjelma vokalis band papan atas. Saatnya turun ke jalanan dan mendendangkan beberapa lagu. Tujuan pertama adalah lampu merah Pasteur. Lampu merah di daerah Pasteur menjadi lahan basah untuk meraih rupiah.

Oh Tuhan, kucinta Rita, kusayang Anggun, kurindu Dewi, Inginkan Ayu.

Semua mata memperhatikanku kali ini. Rasanya penampilanku membawakan lagu Anji sukses besar. Ah perkiraan gagal sedetik kemudian, mereka hanya menetapku dengan sinis bahkan seorang perempuan berhijab melemparkan uang koin seribu lalu berkata

"Pengamen aja sok Playboy," dia berlalu diliputi rasa kesel.

Kayanya salah bawa lagu. Kesuksesan seorang musisi jalanan ditentukan beberapa hal, salah satunya ketepatan memilih lagu. Paling tidak itu adalah nilai kehidupan yang aku dapat.

Luka, luka, luka yang kurasakan
bertubi-tubi engkau berikan
cintaku bertepuk sebelah tangan
namun aku balas dengan senyum keindahan

bertahan satu cinta
bertahan satu C.E.N.D.O.l

Kali ini lagu yang kubawakan akan menuai sukses. Di depan seorang lelaki berkumis melambaikan uang 20 rb di jendela mobilnya. Aku menghampiri bapak yang baik hati itu namun dalam hitung detik motor matic menerjang badanku, sesudah itu aku tak sadar.

2 comments