Kepingan Rasa Puzzle 5

Baca bagian sebelumnya Puzzle 4

Semestinya sebagai anak muda, aku harus haus dengan ilmu pengetahuan, namun sayang karena terlalu sering minum es kelapa muda rasa haus itu entah kemana. Berganti dengan ide-ide kejahilan yang selalu gila. Terakhir kali kejahilanku menelan korban jiwa seseorang bernama Arman. Dia selalu tampil gaya dengan style anak muda kekinian. Tidak pernah kelihatan dekil sedikitpun, bila ada kotoran walau hanya sedikit dibajunya. Dia akan teriak seperti orang kerasukan jin penunggu WC, histeris.

Saat itu aku punya rencana jahat. Arman yang baru masuk kelas mulai melakukan kebiasaannya, dia memamerkan handphone barunya.

"Lang, tahu nggak harga HP ini berapa ?"

"Palingan 2 ribu perak dapat 3 biji."

"Enak aja kamu. Harga HP ini sama dengan jatah jajan kamu tiga tahun Lang."

" Ya udah aku jual aja HP kamu untuk jatah aku jajan," Sembari merebut HPnya.

Arman mengejar-ejar dari kantin hingga lapangan basket. Dia tampak beringas sekali seperti macan yang berebut jatah makan. Aku masuk ke kamar mandi perempuan, dia pun mengikuti tanpa ragu. Di sana nampak beberapa siswi sedang ganti baju. Aku berlari lagi keluar namun malang dengan Arman. Dia mendapatkan sentuhan mematikan dipipinya. Tamparan dan cubitan datang silih berganti dari siswi penghuni kamar mandi.

Aku tertawa puas melihat Arman menjadi sasaran kemarahan.

"Nih, Man HP kamu. Ngga jadi aku jual. Jatah uang jajan aku masih banyak," Dia memasang wajah kesal.

Hari ini rasanya sudah tidak tahan untuk berbuat jahil. Semangat jahilku meningkat berlipat-lipat, Apalagi menurut desas-desus akan ada siswa baru di kelasku. Kejahilan sebagai ucapan selamat datang rasanya tidak berlebihan.

Pak Dito, guru bahasa Indonesia sekaligus wali kelasku memasuki ruangan. Dia bersama seorang gadis. Aku menatapnya cukup lama. Sejujurnya gadis itu manis, jilbab dengan kacamata paduan pas untuk menumbuhkan cinta. Ah, jangan sampai rasa aneh di dada menjadi penghalang niat untuk berbuat jahil padanya.

"Silahkan perkenalkan diri," Perintah Pak Dito kepada gadis itu.

"Izin memperkenalkan diri, Nama saya Ciani Limaran. Pindahan dari Solo. Terimakasih,"
Diakhir senyuman.

Aku dengan tak tahu malu. Mengacungkan tangan.

"Aku mau bertanya dong. Ciani Limaran disingkat Cili yah ? duh pedes banget dong. Lebih pedas dari seblak," Seisi kelas tertawa namun hanya sekejap setelah Pak Dito melirik tajam.

"Ciani, Silahkan duduk di samping Agni."

Rasanya aku sudah tahu kejahilan yang harus kuperbuat.

4 comments