Kehilangan

Jantungku masih berdetak, mata ini sanggup melihat dengan jelas begitupun dengan kaki, berdiri tegak. Namun ada sesuatu yang tak lagi kupunya. Hal itu dulunya sangat berharga tak bisa nilai dengan uang merah di saku celana. Ia hilang entah kemana ?

Aku mencarinya ke sudut-sudut terkecil rumah ini. Menelusuri setiap bagian, dari pinggiran kursi hingga celah di antara lemari. Hasilnya selalu sama ia entah di mana. Aku sudah lelah mencari. Tenaga sepenuhnya terkuras hingga sebagian orang mengganggapku setengah waras.

Resah memang ketika mencari sesuatu yang hilang. Putus asa sempat terasa. Hingga aku menyimpulkan ia tak mungkin kembali, aku harus belajar mengikhlasnya kini. Saat aku menyerah, setitik sinar ada. Ternyata hal yang kucari tidak kemana-mana, ia bersembunyi di balik selimut bernama alasan.

Penaku berhasil ditemukan, tak ada alasan untuk malas menggoreskannya. Bukankah di mata Tuhan dan manusia menulis adalah pekerjaan mulia ?

2 comments