Jarak bagian 15 "Pukulan"

Hai pembaca. Selamat datang di cerbung jarak. Jika ada yang belum membaca jarak bagian sebelumnya tinggal klik



Suasana sekolah sedikit berbeda kali ini. Gilang yang sedari tadi mengangkat kerah baju Adli, kini positif berada di puncak marah. Jantungnya berdetak lebih kencang. Wajah merah menyala.
Mata melotot seolah akan meloncat dan melumat Adli.

Belum pernah Teguh dan Jama melihat Gilang semarah itu. Setajam apapun mulut orang lain menghinanya ia berusaha tetap sabar.
Terkadang mereka berdua heran terbuat dari apa hati Gilang. Pernah sewaktu hari, ketika mereka beristirahat di samping trotoar jalan. Seorang bocah melintas seperti kilat membuang tisu dengan balutan lendir hidung tepat mengenai wajah Gilang.

Teguh berujar "Nggak punya sopan santun tuh manusia. Buang sampah di muka orang."

"Aku kejar Lang," Jama melangkahkan kaki sembari mengepal tangan.

"'Udah Jama, biarin aja. Aku nggak kenapa-kenapa kok," Gilang tersenyum.

Gilang yang mereka lihat kali ini sungguh berbeda. Kesabarannya sudah jebol diterobos mulut sampah Adli.

"Ayo Lang, pukul aku. Katanya kamu hebat ?" Wajah memuakkan Adli kembali menyulut emosi.

"Ah pecundang. Dasar anak kuli bangunan," Adli tersenyum bangga.

Gilang melepaskan pegangan tangan dikerah baju Adli. Bersiap mengambil ancang -ancang melancarkan pukulan.

"Puuuuk," Pukulannya kena tapi bukan mengenai Adli. Tangan Jama tangkas memegang pukulan penuh kemarahan Gilang.

Hanya berjarak dua meter. Adli tertawa melihat amarah Gilang yang sedang menyala tertahan oleh temannya sendiri.

"Dasar bebek-bebek miskin. Nggak punya nyali. Nyalinya cuma buat ngutang.
 Contohnya orangtua kalian yang hutanganya setumpukan gunung." Adli berkata begitu jumawa.

 Memang benar hampir semua orang yang keterbatasaan ekonomi meminta pinjaman ke Pak Adnan, ayahnya Adli.

Gilang hanya bisa menunduk beberapa detik. Meratapi perkataan Adli. Seketika ia melesat tak sempat ditahan Teguh dan Jama.

"Puuuug," pukulan keras mengenai Adli. Darah segar mengalir dari hidungnya.

Suasana kelas berakhir rusuh. Adli pingsan sebelum mengucapkan kata ancaman. Tak perlu menunggu lama Bu Mey akhirnya tiba.

10 comments

  1. Waahh..jebol juga pertahanan Gilang. Sukses dah buat nyentil hidung si Adli. 😀😀😀

    ReplyDelete
  2. Hahaha pukulan sekali pingsan... hmm

    ReplyDelete
  3. nyebelin juga adli tuh
    sepertinya nggak pernah di ajari sopan santun terhadap orang

    ReplyDelete
  4. bubar, bubar, semuanya kembali ke tempat duduk masing-masing.
    Karena Bu Mey sudah datang..
    Semoga Bu Mey gak salah paham tentang apa yg baru saja terjadi.

    ReplyDelete
  5. Cerita ini mengingatkan masa muda saya, ketika masih berbaju putih abu-abu aa.
    Menyentuh ...

    ReplyDelete